Selasa, 11 Februari 2014

I D E O L O G I



I D E O L O G I

1.      Makna dan fungsi Ideologi
Secara etimologis ideologi yang dibentuk dari idea, berarti pemikiran, konsep, atau gagasan, dan logoi, logos artinya pengetahuan. Dengan demikian ideologi bererti ilmu pengetahuan tentang ide-ide, tentang keyakinan atau tentang gagasan. Orang yang pertama kali menggunakan istilah ideologi adalah Antoine Destutt, seorang filosuf Perancis, yang hidup semasa Revolusi Perancis.
Sesungguhnya istilah ideologi itu sendiri bersifat netral, tidak memihak kamanapun. Ia dapat digunakan oleh siapa saja, apakah oleh kaum kapitalis, kaum nasionalis atau kaum komunis, dan oleh lainnya. Ideologi hakekatnya menggambarkan tentang suatu tatanan kehidupan politik yang diyakininya sebagai yang paling ideal, disertai dengan cara-cara, program dan strategi untuk mewujudkan dan memperjuangkannya.
Carl J. Friederich mendifinisikan ideologi sebagai “suatu sistem pemikiran yang dikaitkan dengan tindakan. Ideologi secara khas mengandung suatu program dan  strategi untuk mewujudkan ajarannya, dan fungsi utamanya adalah untuk mempersatukan organisasi-organisasi yang dibangun berdasarkannya”. Surjanto Poespowardojo mendefinisikan ideologi sebagai “suatu kompleks pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan manjadi landasan bagi seseorang/masyarakat untuk memahami jagad raya atau bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya”. Sedang Sastra Pratedja membatasinya secara singkat sekali, bahwa yang disebut ideologi adalah “seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur” (Sastrapratedja dalam “Pancasila sebagai Ideologi Negara, BP 7 Pusat: 142).
Dilihat dari peranan atau fungsi yang diperankannya sebenarnya ideologi tidak lebih dari suatu instrumental, adalah alat penjelas yang kaku dan ketat, yang dibutuhkan guna mengarahkan pikiran dan tindakan secara efisien. Ideologi menjadi instrumen yang menggantikan nalar dan daya pikir para pendukungnya.
                           
2.      Unsur Ideologi
Setiap ideologi, apapun namanya di dalamya pasti mengandung unsur-unsur yang sangat prinsip. Menurut Sastra Pratedja unsur-unsur tersebut adalah pertama, adanya suatu penafsiran (interprestasi) terhadap kenyataan/realitas. Kedua setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu preskripsi (ketentuan) moral. Hal ini berarti bahwa setiap ideologi secara implisit memuat penolakan terhadap sistem etika lainnya. Ketiga, Ideologi memuat suatu orientasi pada tindakan. Ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang termuat di dalamnya. Lain halnya Kunto Wibisono yang mengemukakan bahwa setiap ideologi memuat tiga unsur yang sangat menonjol, yaitu pertama, adanya keyakinan; yakni ada gagasan-gagasan vital yang diyakini akan kebenarannya. Kedua, mitos; ada sesuatu yang dimitoskan secara optimik dan diterministik pasti akan menjamin tercapainya tujuan. Ketiga, Loyalitas; yakni menuntut adanya keterlibatan secara optimal dari para pendukungnya.
Sementara itu ada pula pandapat yang menyatakan bahwa dalam suatu ideologi ada beberapa hal yang akan dipersonifikasikan dan disakralkan, mempunyai pahlawan (bapak pendiri, penafsir, pemimpin kharismatis, dan martir), memiliki dokumen-dokumen suci (manifesto, deklarasi, konstitusi), memiliki ritus-ritus sendiri (janji, sumpah, hymne, mars, salam, dan hari-hari suci)
Dengan memperhatikan beberapa definisi di atas dapat dinyatakan bahwa unsur y ang paling pokok dalam ideologi adalah:
a.       Adanya suatu realitas hidup yang diyakini sepenuhnya
b.      Andanya tujuan hidup yang dicita-citakan
c.       Andanya cara atau program aksi guna mewujudkan terealisasinya tujuan hidup yang dicita-citakan

3.      Peranan Ideologi
Ideologi merupakan suatu kepercayaan yang dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam proses memelihara integritas pendukungnya. Dan kalau ia merupakan ideologi negara ia akan memainkan peranan yang cukukp penting untuk memelihara integritas nasional. Namun demikian suatu ideologi benar-benar dapat berfungsi demikian tergantung dari kualitas yang ada pada dirinya, yang dapat diukur melalui tiga dimensi, yaitu dimensi idealisme, dimensi realitasm dan dimensi fleksibilitas
a)       Dimensi Realitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengagregasikan serta mengadaptasikan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Ideologi mencerminkan citra bahwa dirinya sama dan sebangun (identik) dengan realitas yang ada dalam masyarakat.
b)      Dimensi Idealisme,  yaitu bahwa kadar atau kualitas idealisme yang tekandung di dalamnya mampu menggugah harapan, optimisme dan motivasi bagi para pendukungnya hingga gagasan-gagasan pokok (vital) yang terkandung di dalamnya benar-benar diyakini pasti diwujudkan dalam kenyataan.
c)       Dimensi Fleksibalitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan suatu idiologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaiakan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakatnya.

Mempengaruhi berarti ikut mewarnai proses perkembangan masyarakat. Sedang menyesuaikan diri berarti bahwa masyarakat berhasil menemukan interprestasi- interprestasi (penafsiran) baru terhadap nilai-nilai dasar dari ideologi tersebut sesuai dengan realita-realita baru yang muncul selalu relevan sebagai idealisme yang wajar. (Alfian, 1978 : 108 – 116)
Melalui ketiga dimensi ini akan dapat diteliti apakah suatu ideologi memiliki kemampuian untuk memelihara relevansinya, yaitu titik keseimbangan sebagai tempat bertemunya konsensus antara berbagai kelompok/atau dimilikinya. Dan bagi suatu negara manakala titik keseimbangan tersebut hilang akan dapat mengancam integritas nasional.

1.      Dua Macam Tipologi Ideologi
Secara garis besarnya ada dua macam tipologi ideologi, yaitu:
a.       Ideologi tertutup
b.      Ideologi terbuka
a)      Kunto Wibisono menjelaskan bahwa salah satu unsur ideologi yang sangat menonjol adalah perlunya loyalitas atau kesetiaan gai setiap anggota pendukung suatu ideologi. Namun harus diingat bahwa kalau dalam menanamkan jiwa ideologi itu terlalu kelewat batas akan melahirkan sikap ‘taqlid buta’. Dan hal itu akan lebih diperparah lagi kalau dalam diri ideologi itu sendiri merupakan ideologi yang menutup diri rapat-rapat dari berbagai interprestasi baru utnuk disesuaikan dengan tuntutan zaman. Sastrapratedja menjelaskan bahwa “salah satu kecenderungan ideologi adalah melebih-lebihkan sudut pandangnya dan kerapkali kebenaran, sehingga pemahaman mengenai kenyataan mengalami ditorsi” (Sastrapratedja, Ibid.). Van Peursen mengingatkan bahwa hakekatnya ideologi itu tidak lain dari sarana manusia untuk memahami dunianya, mamahami dan menafsirkan kebudayaannya sendiri dan kebudayaan bangsa lain. Oleh karena itu kalau ada sikap ketertutupan maka ideologi itu akan kehilangan fungsinya sebagai pembimbing kelakuan manusia (lihat Pancasial, dalam tinjauan Historis, Yuridis, dan Filosofi – Mustafa Kamal dkk: 101 – 102).
b)      Ideologi terbuka yaitu ideologi yang pada dirinya memiliki unsur flesiblilitas. Unsur ini mencerminkan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.

2.       Beberapa Ideologi Besar
      Pada dasarnya beberapa ideologi besar yang akan diuraikan berikut adalah berangkat dari pemahaman mereka terhadap hakekat sifat manusia sebagai mahluk individu maka akan melahirkan faham hidup: Individualisme. Sebaliknya kalau hanya dilihat dari sifatnya sebagai mahluk sosial maka akan melahirkan faham hidup: Sosialisme.

A.    INDIVIDUALISME
Dunia Eropa selama berabad-abad lamanya dikungkung oleh faham Universalisme, suatu pandangan hidup yang membelenggu kebebasan berfikir dan berpendapat. Faham yang dikembangkan dari faham Teokrasi ini mengajarkan bahwa manusia adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia Kristen. Sebaliknya terhadap dunia, manusia mempunyai arti tersendiri sebagai mahluk yang berpribadi dan bebas mandiri.
Dalam ajaran Individualisme liberal, seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan bermasyarakat maupun bernegara dikembangkan prinsip ‘free figt competation’ secara bertanggungjawab, demi tetap eksis dan survivernya setiap individu (struggle for life and survival of the fittest) Dan khususnya dalam manifestasi ekonominya, faham Liberalisme mengakui terhadap hak-hak individu untuk melakukan aktifitas ekonomi yang bebas dan pertukaran berdasarkan kepemilikian pribadi dan pasar.
Secara garis besarnya dalam ideologi Liberalisme beberapa prinsip yang dikembangkan, yaitu:
a.       Penjaminan akan hak milik seseorang; hak milik privat merupakan elemen paling penting dari ideologi lIBERALISME. Dalam faham ini pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi masing-masing, dan dalam faham ini tidak berlaku istilah “hak milik berfungsi sosial”. Faham Liberalisme manjamin sepenuhnya bahwa setiap orang mempunyai hak sepenuhnya untuk menguasai, menggunakan dan melakukan perjanjian dengan fihak lain atas barang-barang ekonomi.
b.      Mementingkan diri sendiri (self intterest); prinsip ini mengandung arti membiarkan kepada setiap orang untuk melakukan berbagai aktifitas untuk kepentingannya sendiri. Aktifitas untuk tujuan mementingkan diri sendiri diyakini tidak akan membawa kekacauan, bahkan sebaliknya akan membawa kepada kemakmuran bersama.
c.       Pemberian kebebasan penuh; prinsip ini menegaskan bahwa individu merupakan hal yang primer, sedangkan lembaga, masyarakat dan negara adalah hal yang sekunder. Bila setiap orang secara individu mendapatkan kepuasan, maka masyarakat akan mendapatkan kemakmuran yang sebesar-besarnya, atauy yang disebut dengan keselarasan kepentingan (harmony of intterest)
d.      Persaingan Bebas (free competition)
(Hudiyanto, Keluar dari Ayun Pendulum Kapitalisme – Sosialisme, PPE UMY: 21 – 24)
Berpangkal dari beberapa prinsip ini sangat wajar sekali kalau pada akhirnya akan lahir kelompok pemilik modal besar yang dapat memenangkan perkelahian. Kelompok inilah yang akan menentukan segala-galanya, seperti kelompok ‘Wall Street’, yaitu kelompok Yahudi Amerika yang memiliki lobi yang sangat kuat sekali terhadap pemerintah Amerika Serikat yang dimulai sejak perang saudara sampai pada hari ini. Sementara kelompok yang terkalahkan dalam perkelahian akan menjadi kelompok marginal, kelompok yang terpinggirkan, yang sekalipun merupakan kelompok yang terbesar namun tidak memiliki kekuatan yang siknifikan untuk menentukan kebijakan pemerintahannya.

KRITIK TERHADAP IDEOLOGI INDIVIDUALISME LIBERAL
Kebebasan perseorangan yang merupakan inti dari ajaran Individualisme Liberal ini dalam pelaksanaanya justru menimbulkan kenyataan-kenyataan yang mengingkari asas-asas ajarannya sendiri, yaitu asas persamaan manusia. Bahkan sebaliknya justru menimbulkan ketidakadilan, yang di dalam pertumbuhan selanjutnya mengakibatkan muculnya berbagai macam bentuk tindakan yang tidak manusiawi, seperti imperialisme dan kolonialisme, baik gaya lama maupun gaya baru.
Cita-cita kebebasan individu yang secara ‘an-sich’ memang ideal, namun ternyata dalam perkembangan pelaksanaannya menimbulkan ekses-ekses yang mematikan asas yang sama bagi manusia atau bangsa lain. Pelaksanaan asas persamaan individu ternyata hanya membawa segi yang positif di lapangan politik semata, sementara, dalam lapangan sosial ekonomi justru mengandung segi-segi negatif sebagaimana yang digambarkan di atas. (Roeslan Abdulgani. Resapkan dan Amalkan Pancasila. 62)
Carol C. Gould menyebutkan ada dua kritik terhadap individualis liberal, pertama, konsepnya tentang manusia sebagai individu yang asosial dan egois, yang motivasi  utamanya dalam bertindak adalah pemenuhan kepentingan sendiri…Ideologi ini telah gagal menangkap sifaf sosial kegiatan manusia, atau bahkan melegitimasi model-model perilaku yang anti sosial dan keakuan – sesuatu yang tidak dapat diterima secara moral. Kedua, ideologi ini mendukung dan membenarkan terhadap ketimpangan sosial ekonomi, dengan melindungi hak untuk menumpuk kekayaan pribadi secara tak terbatas tanpa memperhatikan akibat sosialnya. (C. Goudl, Demokrasi Ditinjau Kembali: 4).

B.     SOSIALIME
Robert Owen (1771 – 1858, Inggris) seorang kapitalis kaya yang ‘self made’ dan berhasil, yang oleh umum dianggap sebagai pendiri sosialisme. Inggris, adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah “SOSIALISME”. Tokoh sosialisme lainnya antara lain seperti Sir Thomas More dari Inggris, Andreae dan Campanella dari Italiam, Saint Simon, Fourier, Louis Blanc dan Proudhon dari Perancis, Albert Brisbane dan Horace Greeley dari USA.
Dalam pemikiran Robert Owen pertalian diantara demokrasi dan sosialisme adalah unsur satu-satunya yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Dalam lintasan sejarah akan terlihat bahwa gerakan-gerakan sosial yang berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi demokrasi yang kuat. Sebab dari kesejajaran ini adalah sederhana sekali. Dimana-pun pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada program mereka yang khusus, biarpun program itu kelihatannya terlalu luas, yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah.
Dalam menuju tata kehidupan yang bersifsat sosialistis, kaum sosialis bersepakat bahwa semua itu tidak harus dilalui secara revolusioner, dengan cara merebut kekuasaan lewat revolusi, dengan menggunakan kekerasan, akan tetapi harus tetap berjalan secara wajar dan tetap berpegang teguh pada cara-cara konstitusional. Mereka mencari kekuasaan lewat pemilihan umum bukan dengan peluru, bukan dengan jalan revolusi.
Beatrice Webb menegaskan dalam buku “Fabion Esseys” bahwa kehidupan sosialis hanya dapat terlaksana setapak demi setapak dengan disertai empat syarat, yaitu:
a.       perubahan harus dilalui secara demokratis, dapat diterima oleh mayoritas rakyat
b.       harus terlaksana secara berangsur-angsur (evolutif), dan tidak menimbulkan dislokasi
c.       harus jaga jangan sampai dianggap melanggar kesusilaan oleh rakyat
d.      harus dilalui secara konstitusional dan bersifat damai (Idem:194)

C.    MARXISME-LENINISME-KOMUNISME
Ideologi Marxisme-Leninisme termasuk salah satu varian dalam rumpun ideologi Sosialisme.
Ideologi Marxisme-Leninisme berasal dari ajaran Heinrich Karl Marx (1813-1883, Jerman). Tokoh ini berasal dari keluarga Yahudi yang sudah berganti agama menjadi Kristen Protestan. Ajaran Marxisme-Leninisme dibangun atas dasar pemikiran Karl Marx dan Friederich Engelsyang dikembangkan lebih jauh oleh W.E. Lenin.
Karl Marx menanamkan sosialisme yang dikembangkan oleh Robert dan kawan-kawannya dengan istilah sosialisme utopis, suatu sosialisme yang lahir karena merasa iba terhadap nasib orang-orang yang dilapisan bawah, seperti kaum buruh dan kaum pengangguran. Ide mereka ini muncul semata-mata karena terdorong oleh rasa kemanusiaan tanpa disertai tindakan-tindakan maupun konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dari perbaikan yang mereka gagaskan. Sementara sosialisme yang dikembangkan (Karl Marx) diklaimnya sebagai sosialisme ilmiah (scientific socialism), yaitu sosialisme yang bukan lagi sebagai sebuah tuntutan etis, melainkan sebagai hasil ilmu pengetahuan tentang hukum perkembangan masyarakat.

Unsur-Unsur Ajaran Marxisme
Ajaran Marxisme terdiri dari tiga unsur, dan ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya bahwa tidak mungkin memahami Historis Materialisme  yang dikembangkan oleh Karl Marx tanpa memahami terlebih dahulu filsafat Dialektika Materialisme yang dikembangkan olehnya. Adapun ketiga unsur tersebut ialah:
a.       Filsafat Dialektika, yaitu filsafat yang diambil dari ajaran Hegel (1770-1831), tetapi telah dirubahnya menjadi Dialektika Materialisme. Selanjutnya dari Dialektika Materialisme ini timbullah Historis Materialisme.
b.      Historis Materialisme, yaitu faham materialisme yang digunakan untuk memahami sejarah. Dan diantara bagian yang terpenting adalah teori tentang nilai lebih (surplus value)
c.       Teori tentang Negara dan Revolusi

Ajaran ini juga memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengorganisir dan menggerakkan rakyat yang lapar, terhina dan tertindas, disertai juga dengan petunjuk-petunjuk mengenai aksi politik (Roeslan Abdulgani, Sosialisme Indonesia: 15)

a)      Filsafat Materilisme Dialektis
Dialektika
Ajaran yang digunakan dalam teorinya Karl Marx berasal dari filsafat Hegel. Marx mengambil dua unsur dari ajaran Hegel, yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan kedua, gagasan bahwa semua berkembang terus. Kalau pada teori Hegel pertentangan yanga berlangsung terus-menerus terjadi dalam dunia abstrak/ide, atau yang ada di alam fikiran manusia, Marx memindahkannya hukum dialektika tersebut dalam dunia kebendaan (materi). Oleh karena itu ia menamakan gagasannya dengan istilah MATERIALISME (Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik: 80). Berangkat dari pemikiran inilah ajaran Karl Marx dinamakan Materialisme Dialektika.
Adapun unsur-unsur dari dialektika adalah: tesis, antitesis dan sintetis. Tesis merupakan suatu keadaan yang tertentu, dan antitesis merupakan suatu tantangan terhadap tesis yang merombaknya. Kemudian dari pertentangan antara tesis dengan antitesis akan timbul suatu keadaan baru sebagai hasil dari adu kekuatan, yang dinamakan sintetis. Akan tetapi pada saat sintetis itu muncul, ia telah menjadi tesis baru karena berhadapan dengan tantangan baru dan begitu seterusnya. Mark memberi contoh untuk tesis, antitesis dan sintetis ini apa yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Feodalisme, Kapitalisme, dan kemudian menjadi Sosialisme (M. Rasyidi, Islam Menentang Komunisme, 12)

Filsafat Materialisme
Filsafat Materialisme Adalah salah satu aliran dalam filsafat Metafisika. Faham ini merupakan suatu bentuk realisme, karena ia telah menumbuhkan yang nyata dengan materi. Tanpa mengecualikan sesuatu, seseorang penganut materialisme menganggap bahwa materi ialah satu-satunya hal yang nyata. Materi ialah hal yang terdalam dan bereksistensi atas kekuatan sendiri, dan tidak memerlukan suatu prinsip yang lain untuk menerangkan eksistensinya sendiri. Materi itu sendiri merupakan sumber serta keterangan terdalam bagi bereksistensinya segala sesuatu yang ada, bahkan juga bagi adanya jiwa manusia. (Kattsoff, Pengantar Filsafat, 1986: 123 – 124). Dengan demikian aliran ini berusaha menjalankan manusia menjadi proses-proses badaniyah atau dari aspek kebendaan semata-mata. Mereka berkeyakinan bahwa satu-satunya ’realitas’, ‘ada’, ‘boeing’, atau ‘ontos’ dalam hidup ini adalah materi, benda. Di luar benda sama sekali tidak ada sesuatu apapun. Dari pangkal keyakinan seperti ini filsafat Materialisme mengajarkan bahwa apa yang namanya jiwa/roh, akherat, surga neraka, sampai-pun Tuhan, karena semuanya bukan materi maka mereka secara apriori menolak eksistensi atau keberadaanya. Tegasnya, kata Feuerbach bahwa “di balik badan manusia itu tidak berada mahluk yang lain lagi, yang misterius, yaitu jiwa. Seperti juga dibalik alam tidak ada suatu Tuhan” (vab Peursen, Badan Jiwa-Roh: 59)
Kaum Materialis menyangkal adanya jiwa atau roh, (roh) ini mereka anggap sebagai pancaran dari materi (van Peursen, Orientasi di alam Filsafat, 1980, 158). La Metrie dalam bukunya “L’Homme machine” atau manusia adalah mesin menyatakan bahwa badan dan jiwa manusia itu tersusun sebagai suatu mesin yang banyak seluk beluknya dan yang dapat diselidiki seteliti-telitinya oleh ahli ilmu alam. Bahwa materi itu mempunyai sifat pandai bergerak, pandai, mengindera, pandai berfikir. Jacob Moleschortt (1822-1893) terkenal sekali dengan ucapannya “Ohne Fosfor keine Gedanke”, kalau tidak ada fosfor tidak akan ada pikiran manusia (ST Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika, 32-33)

b)     Materialisme Historis
Historical Materialsasm artinya Materialisme dalam memahami sejarah. Menurut Thomas Carlyle dalam bukunya “Heroes and hero-worship” yang namanya sejarah adalah hanya beisi sejarah dari orang-orang besar , “The history of the world is but the biography of  greatmen”. Lain halnya dengan faham Historis Materialisme yang dikembangkan oleh Marx, di mana dalam “Manifesto Komunis” secara tegas dinyatakan bahwa “The history of all bithero existing society is the class struggles”. Sejarah dan semua masyarakat yang ada sekarang ini adalah sejarah perjuangan khas.
Lebih jauh Marxisme mengajarkan bahwa kehidupan masyarakat ditentukan oleh bidang ekonomi; bahwa negara dan ideologi hanyalah bangunan atas (upper-structure); bahwa bidang ekonomi ditentukan oleh pertentangan antara kelas pemilik dan klas pekerja; bahwa dinamika perkembangan  perkembangan ekonomi bersama dengan perjuangan klas niscaya bermuara dalam revolusi yang menciptakan masyarakat yang struktur kekuasaan dan perekonomiannya lebih tinggi; bahwa pertentangan itu akan diradikalkan dalam sistem kapitalis; bahwa oleh karena itu kapitalis itu sendiri akan melahirkan kehancurannya dalam revolusi sosial; bahwa revolusi sosialis akhirnya akan berhasil menciptakan klas; jadi tanpa bangunan atas, tanpa penghisapan, di mana “pra sejarah umat manusia berakhir” dan “Kerajaan Kebabasan” didirikan, demikian ditegaskan oleh Engels (Mudji Sutrisno: 136)
Dengan singkat, Karl Marx dengan historis materialismenya ingin menegaskan bahwa unsur pokok penggerak sejarah adalah tenaga produktifitas manusia, berdasarkan dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kebendaan-ekonominya.

Teori Nilai Lebih (Surplus-Value)
Teori nilai lebih, Surplus value, Meerwaarde (Bld), Mehrwert (Jrm) merupakan pelengkap dari teori historia materialisme Karl Marx, di mana Marx dengan tajamnya menyoroti adanya nilai lebih dalam masyarakat Kapitalis. Teori Nilai lebih ini oleh Lenin disebutnya sebagai batu sudut (corner stone) doktrin ekonominya Karl Marx.
Dalam sistem ekonomi Kapitalisme  fungsi tenaga buruh dianggap sebagai barang dagangan, yang disejajarkan dengan faktor-faktor produksi lainnya, seperti faktor modal tetap (seperti gedung, mesin industri), modal lancar (seperti benang tenun dalam industri sandang) dsb. Tenaga kerja buruh itu adalah barang dagangan yang dijualnya kepada pemilik modal.

c)      Negara Dan Revolusi
Unsur ketiga dalam ajaran Marxisme adalah teori tentang Negara dan Revolusi. Dalam Manifesto Komunisme dikatakan bahwa negara merupakan lembaga ekskutif dari kaum borjuis. Engels berkata “The state is nothing more than a machine for apression of one class by another” Karl Marx dan Engels bersepakat bahwa negara ini suatu kejahatan (evil), karena negara adalah akibat dari adanya klas. Dalam masyarakat yang tidak berklas sebagaimana yang dicita-citakan oleh komunis dengan sendirinya negara itu tidak ada.
Kegiatan Komunis, demikian pendapat Lenin, harus dilakukan dengan dua jalan. Pertakma, kaum pekerja harus membentuk organisasi-organisasi buruh dengan tujuan ekonomi sebagai pokok aktifitasnya, yang bekerja secara terbuka, sah, dan sedapat mungkin secara umum. Berdampingan dengan organisasi-organisasi semacam itu, harus ada kumpulan-kumpulan kecil kaum revolusioner profesional, yang diatur menurut organisasi-organisasi tentara dan polisi, yang paling  terpilih, dan seluruhnya dirahasiakan…Lenin terutama mengajarkan agar kaum revolusioner provesional merembes dan membentuk sel-sel dalam semua badan-badan sosial, politik, pendidikan, dan ekonomi masyarakat, baik badan-badan tersebut berupa sekolah-sekolah, gereja-gereja, serikat-serikat buruh, maupun partai-partai politik. Terutama sekali Lenin menganjurkan agar kaum revolusioner profesional merembes ke dalam angkatan perang, polisi dan pemerintahan. Lenin juga mengajarkan agar kaum komunis hendaknya melakukan kegiatan di bawah tanah. Ia menganjurkan kapada kaum aktivis komunis untuk bekerja melalui organisasi-organisasi front, senantiasa mengubah nama dan petugas-petugas organisasi, tetapi selalu mengingat tujuan terakhir: PEREBUTAN KEKUASAAN SECARA REVOLUSIONER.

KRITIK TERHADAP IDEOLOGI MARXISME-LENINISME
Kritik terhadap filsafat Materialisme
Filsafat Materialisme yang dikembangkan oleh Karl-Mark adalah filsafat yang mengingkari terhadap hal yang bersifat non materi, termasuk juga tidak mempercayai adanya Tuhan. Abu Hanifah menjelaskan faham Materialisme sebagai suatu aliran pikiran yang mengutamakan benda (materi) dan membelakangi batin, dan dengan sendirinya segala keadaan batin, jiwa, dan yang bersangkutan dengan itu menurut Materialisme berasal dari benda-benda (Abu Hanifah, Rintisan Filsafah: 72). Materialisme mengatakan, bahwa pada akhirnya, pada dasarnya, atau pada prinsipnya, pada instansi yang terakhir, manusia itu hanya barang material, atau dengan kata lain hanya materi, tidak lain dari materi, betul-betul hanya materi, lain tidak. Menurut bentuknya dia memang lebih unggul. Akan tetapi hakekatnya sama saja. Manusia hanyalah resultante atau akibat dari proses unsur-unsur kimia (Driyarkara, 1966: 58). Kaum Materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh. Jiwa atau roh ini mereka anggap sebagai pancaran dari materi “(van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat: 158)

D.    SOSIAL DEMOKRASI
Ideologi Sosial Demokrasi yang pada hakekatnya merupakan ideologi sosialisme dengan menggunakan baju baru. Sosial Demokrasi ini merupakan ideologi yang kini banyak diterapkan di negara-negara Eropa.
Di negara-negara Eropa, 13 dan 15 pemerintahannya saat ini beraliran sosialisme atau sosial demokrasi, termasuk tiga negara utama: Inggris (Tony Blair), Perancis (Liones Jospin) dan Jerman (Gerhard Scrhoeder). Ideologi ini bertujuan membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan bukan politik dari masyarakat (William Ebenstein: 179)
Secara demokrasi mendasarkan ideologinya pada pikiran-pikiran Karl Marx. Namun demikian mereka bukannya termasuk pengikur yang bertaqlid buta, yaitu menerima begitu saja apapun yang diajarkannya, melainkan termasuk penganut faham Marxisme yang kritis. Mereka bukan pengikut Marxisme ortodoks, bukan pengikut Marx yang ditafsirkan Lenin, yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Stalin dan Mao. Mereka menolak konsep yang dikembangkan oleh Lenin, Stalin dan Mao, antra lain:
1.      konsep perjuangan revolusioner bersenjata selalu memakan korban yang tak terhingga nilainya;
2.      konsep demokrasi sentralisme di mana segala kebijakan ditentukan oleh pimpinan dan rakyat hanya boleh berdemokrasi pada tingkat pelaksanaanya;
3.      konsep partai pelopor yang disusun dengan disiplin dan struktur militer yang menghasilkan klas baru yang amat kejam;
4.      konsep diktator ploretariat yang pada hakekat dan kenyataannya adalah diktator yang sebenar-benarnya
5.      konsep penghapusan hak milik sebagai hal yang tidak manusiawil; dan
6.      konsep tentang sistem kapitalis negara sebagai hal yang sangat tidak realistis.

E.     SOSIALISME RELIGIUS
Dalam prakteknya  ada sekian banyak varian sosialisme, namun kalau kemudian dilihat dari flsafah yang melatarbelakanginya secara garis besarnya faham sosialisme ini dapat dibedakan menjadi dua, pertama sosialisme yang besifat sekuler, dan inipun masih dapat dibedakan lagi menjadi dua macam sosialisme, pertama, sosialisme Marxian dan sosialisme non Marxian. Kedua, sosialisme yang bersifat religius, yaitu sosialisme yang mendasarkan dirinya pada revelasi (a Genesis Theory). Secara garis besarnya sosial religius inipun dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sosialisme non Islam dan sosialisme Islam, yaitu sosialisme yang mendasarkan diri pada ajaran-ajaran al-Qur’an.
Tokoh Islam di Indonesia yang pertama kali menggagaskan ide sosialisme Islam adalah HOS Tjokroaminoto. Tokoh ini oleh Bung Karno disebut-sebut sebagai guru para aktifis pergerakan kemerdekaan, rumahnya disebutnya sebagai dapur nasionalisme Indonesia, karena dari pengakuan HOS Tjokroaminoto bermunculan generasi pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan berikutnya; bukan saja yang nasionalis seperti Soekarno, tapi juga tokoh komunis (PKI) seperti Semaoen dari SI cabang Semarang dan tokoh Islam fundamentalis (DI/TII) Sekarmadji Maridjan Kartosuwiro (Muhidin M. Dahlan: 111)

F.     PANCASILA
Dalam suatu kesempatan sewaktu Bung Karno menjelaskan Pancasila dikatakan bahwa ideologi Pancasila merupaka sublimasi dari ‘Declaration of Independence’ Amerika Serikat dengan ‘Menisfesto Komunisme’ atau ‘Hat Communitisch Manifest’ Karl Marx dan Engel.
Sebagaimana diketahui bahwa kalau dalam ‘Declaration of Independence’ orientasinya lebih ditekankan pada hakekat manusia sebagai mahluk individu yang bebas merdeka, tidak ada seorangpun yang berhak mencampuri urusan pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang sangat luhur lagi mulia. Dalam ‘Menisfesto Komunisme’ orientasinya sangat menekankan pada hakekat manusia sebagai mahluk sosial semata. Dalam faham ini manusia selaku mahluk pribadi, yang memiliki hak-hak dasar sama sekali tidak dihargai. Pribadi dikorbankan demi untuk kepentingan negara.
Di dalam ideologi Pancasila hakekat sifat manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial diletakkan secara seimbang (well balance). Bung Karno dalam menerangkan tentang seimbangnya antara kedua hakekat sifat tersebut digambarkan dengan ungkapan “Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya Internasionalisme” (Muhammad Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945: 74). Perpaduan secara harmonis antara hakekat sifat manusia sebagai mahluk  sosial sekaligus juga sebagai mahluk individu dalam ideologi Pancasila diformulasikan dalam sila kedua dan ketiga. Dan untuk menjaga agar hidup berkesinambungan tersebut terjaga dengan baik maka ia harus dilandasi dengan moral dan etika yang kokoh, yang bersumber pada ajaran agama.

Ideologi Pancasila adalah Ideologi Terbuka
Dari uraian di atas terlihat bahwa Ideologi Pancasila adalah ideologi yang memiliki dimensi realitas, karena nilai-nilai yang ada di dalamnya diambil dari nilai-nilai dasar yang hidup ditengah-tengah masyarakat pendukungnya, baik dari nilai-nilai budaya bangsa maupun nilai-nilai agama. Demikian pula ia memiliki dimensi idealisme, karena ia memberikan harapan dari optimisme untuk mewujudkan tujuan yang dicita-citakannya. Dan terakhir agar supaya ideologi Pancasila jangan sampai menjadi sebuah ideologi yang tertutup, suatu ideologi yang sama sekali tidak mau menerima interprestasi- interprestasi baru, sekalipun zaman dan masyarakat sudah berubah dan berkembang jauh ke depan, maka ideologi Pancassila harus memiliki dimensi fleksibilitas, yaitu menjadi ideologi yang terbuka terhadap  penafsiran-penafsiran baru karena tuntunan masyarakat. Dan bagi bangsa Indonesia sampai kapanpun harus dengan jujur, obyektif dalam mencermati sejarah terbentuknya ideologi Pancasila sebagaimana di atas ketika akan menginterprestasikannya dalam menghadapi perkembangan dan tuntunan masyarakat.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO



SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Biografi Susilo Bambang Yudhoyono

Nama :
Jenderal TNI ( Purn ) Susilo Bambang Yudhoyono

Lahir :
Pacitan, Jawa Timur, 09 September 1949

Agama :
Islam

Isteri :
Kristiani Herawati, putri ketiga almarhum Jenderal ( Purn ) Sarwo Edhi Wibowo

Anak :
Agus Harimurti Yudhoyono
Edhie Baskoro Yudhoyono

Ayah :
Letnan Satu ( Peltu ) R. Soekotji

Ibu :
Sitti Habibah

Pangkat terakhir :
Jenderal TNI ( 25 September 2000 )

Pendidikan :
Akademi Angkatan Bersenjata RI ( AKABRI ) tahun 1973
American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
Airbone and Ranger  Course, Fort Benning, AS, 1976
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983   
Jungle Warfare School, Panama, 1983
Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
Kursus Komando Batalyon, 1985
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
Commandi and General Sraff Cllege, Fort
Leavaenwort, Kansas, AS Master of Art ( MA ) dari Magement Webster University, Missouri, AS



Karier :

Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad ( 1974- 1976 )
Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad ( 1976-1977 )
Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977 )
Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostard ( 1977-1978 )
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad ( 1979-1981 )
Paban Muda Sops SUAD ( 1981-1982 )
Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985 )
Dan Yonof 744 Dam IX/Udayana ( 1988 )
Dosen Seskoad ( 1989-1992 )
Korspi Pangab (1993 0
Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad ( 1993-1994 )
Asops Kodam Jaya ( 1994-1995 )
Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro ( 1995 )
Chief Military Observer United Nation Peace Forces ( UNPF ) di Bosnia-Herzegovina     ( sejak awal November 1995 )
Kasdam Jaya ( 1996, hanya lima bulan )
Pangdam II/Sriwijaya ( 1996 ) sekaligus Ketua Bakorstanasda
Ketua Fraksi ABRI MPR ( sidand istimewa MPR 1998 )
Kepala Staf Teritorial ( Kaster ABRI 1998-1999 )
Mentamben ( sejak 26 Oktober 1999 )
Menko Polsoskam ( Pemerintahan Presiden Kh Abdurrahman Wahid )
Menko Polkam ( Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri ) mengundurkan diri tanggal 11 Maret 2004

Penugasan :
Operasi Timor Timur ( 1979-1980 ) dan ( 1986-1988 )

Penghargaan ;
Adi Makayasa ( lulusan terbaik Akabri 1973 )
Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
Tokoh Berhasa Lisan Terbaik, 2003

Alamat :
Jl. Alternatif Cibubur Puri Cikeas Indah No. 2 Desa Nagrag Kec, Gunung Putri, Bogor 16967

Presiden RI Pertama Pilihan Rakyat

Ini dia Presiden RI pertama hasil pilihan rakyat secara langsung. Lulusan terbaik Akabri  ( 1973 ) yang akrab di sapa SBY dan dijuluki ” Jenderal yang berpikir ”, ini berpenampilan tenang berwibawa serta bertutur kata bermakna dan sistematis. Dia menyerap aspirasi dan suara hati nurani rakyat yang menginginkan peubahan yang menjadi kunci kemenangannya dalam pemilu presiden putaran II tanggal 20 September 2004.

Berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, paduan dwitunggal ini menawarkan proogram memberikan rasa aman, adil dan sejahtera kepada rakyat. Pasangan ini meraih suara mayoritas rakyat Indonesia ( hitungan sementara 61 % ), mengungguli pasangan Megawati Soekarnoputri – KH Hasyim Muzadi.

Popularitas dengan penampilan yang tenang dan berwibawa serta tutur kata yang bermakna dan sistematis telah menghantarkan SBY pada posisi puncak kepemimpinan nasioanal. Penampilan publiknya mulai menonjol sejak menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI ( 1998-1999 ) dan semakin berkibar saat menjadi Menko Polsoskam                        ( pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid ) dan Menko Polkam ( pemerintahan Presiden Megawati Seokarnoputri ). Ketika reformasi mulai bergulir, SBY masih menjabat Kaster ABRI. Pada awal reformasi itu, TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang Jenderal yang berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya ” penghujatan terhadap TNI itu menurut saya tak lepas dari format politik Orde Baru dan peran ABRI waktu itu, ” katanya. Maka, Tokoh Indonesia dotcom menjulukinya sebagai ” mutiara di atas ”.

Banyak orang mulai tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai butiran permata di atas lumpur. ( Hampir sama dengan pengalaman Jenderal Soeharto, ketika enam Jenderal TNI diculik dalam peristiwa G 30 S/PKI, ” the smiling general ” itu berhasil tampil sebagai ” penyelamat negeri ” dan memimpin republik selama 32 tahun. Sayang, kemudian Jenderal berbintang lima ini terjebak dalam budaya feodalistik dan kepemimpinan militeristik. Pengalaman Pak Harto ini, tentulah berguna sebagai guru yang terbaik bagi pemimpin nasioanal negeri ini ).

Lulusan Terbaik

Siapakah Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil meraih pilihan suara hati nurani rakyat pada era reformasi dan demokratisasi itu ?

Pensiunan Jenderal berbintang empat berwajah tampan dan cerdas, ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotji dan Siti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya R. Soekotji yang pensiun sebagai Letnan Satu ( Peltu ). Sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas, mendorongnya menjadi seorang penganut agama Islam yang taat. Dalam dirinya punmengalir kental jiwa militer yang relijius.

Selain itu, lulusan terbaik Akademi Militer ( Akmil ) angkatan 1973 inijga memiliki garis darah biru, sebagai keturunan bangsawan Jawa yang mengalir dari du arah dan berujung pada Majapahit dan Sultan Hamengkubuwono II. Kakeknya dari pihak ayah, bernma R. Imam Badjuri, adalah anak dari hasil pernikahan Kasanpuro ( Naib Arjosari II-darah biru Majapahit ) dan RM Kustilah ( sebagai turunan kelima trah Sultan Hamengkubuwono II bernama asli RA Srenggono ). Bahkan dalam silsilah lengkapnya, SBY juga memiliki garis keturunan dari Pakubuwono.

Kendati SBY anak tunggal, dia hidup dengan prihatin dan kerja keras. Pada saat sekolah di Sekolah Rakyat Gajahmada ( sekarang SDN Baleharjo I ), SBY tinggal bersama pamannya, Sasto Suyitno, ketika itu Lurah Desa Ploso, Pacitan. Prestasinya saat SR sudah meninjol.

Dalam proses pengasuhan yang berdisiplin keras, pada masa kecil dan remajanya, SBY juga mengasah dan menyalurkan bakat sebagi penulis puisi, cerpen, pemain teater dan pemain band.

Pria tegap yang memiliki tinggi badan  sekitar 175 cm, kelahiran Pacitan, Jawa Timur 09 September 1949, ini senang mengikuti kegiatan kesenian seperti melukis, bermain peran dalam teater dan wayang orang. Beberapa karya puisi dan cerpennya sempat dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu, misalnya ke Majalah Kuncung. Sedangkan aktifitas bermain band masih dilaksanakn hingga tingkat satu Akabri Drat sebagai pemegang bas gitar. Sesekali masih juga  menulis puisi. Di samping kesenian, ia juga menyukai dunia olahraga seperti bola voli, ia senang travelling, baik jalan kaki, bersepeda atau berkendaraan. Sedangkan olahraga beladiri hingga saat ini masih aktif dilakukan.

Tekadnya menjadi prajurit mengental saat kelas V SR (1961 ) berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar magelang. ” Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah di Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata , ” kenang SBY.

Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk AKABRI setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk AKABRI. Maka ia pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya    ( ITS ).

Namun kemudian, SBY malah memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama ( PGSLP ) di Malang, Jawa Timur. Selagi belajar di PGSLP Malang itu, ia pun mempersiapkan diri untuk masuk AKABRI.

Tahun 1970, dia pun masuk AKABRI di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan  akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, dia meraih predikat lulusan terbaik AKABRI tahun 1972 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makayasa.

Saat menempuh pendidikan di AKMIL itu, SBY berkenalan dengan Kristiani Herawati, putri Sarwo Edhi. Saat itu, Mayjen Sarwo Edhi Wibowo, menjabat Gubernur AKABRI. Perkenalan terjadi saat SBY menjabat sebagai Komandan Divisi Korps Taruna.

Perkenalan itu berlanjut dengan perpacaran, bertunangan dan pernikahan. Mereka dikaruniai dua orang putra Agus Harimurti Yudhoyono( mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulusan dari AKMIL tahun 2000, dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa ) dan Edhie Baskoro Yudhoyono ( lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni Ilmu Ekonomi ).

Karier Politik

Sementara, langkah karier politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya  menjabat sebagai Menter Pertambangan Dan Energi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Ketika itu ia masih berpangkat Letnan Jenderal dan akhirnya pensiun dengan pangkat Jenderal Kehormatan.

Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam untuk menggantikan Jenderal Wiranto yang terpaksa mengundurkan diri sebagai Menkopolsoskam.

Popularitasnya semakin berkibar saat menjabat Menkopolsoskam ( pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid ) dan Menkopolkam ( pemerintahan Presiden Megawati Seokarnoputri ).

Tugas terberatnya sebagai Menkopolsoskam adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat dan dunia bahwa keamanan di Indonesia dapat di wujudkan. Faktor keamanan inilah yang sering dijadikan investor asing untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia. Sedangkan dari dalam negeri, masyarakat sering kali merasa was-was dengan berbagai gangguan sperti teror bom yng kerap terjadi. Persoalan lainnya adalah, upaya menghentikan pertikaian di daerah konflik, yang secara perlahan memperlihatkan kemajuan. Namun, karena besarnya masalah yang dihadapi, keberhasilan tugasnya itu sering tidak ditanggapi serius. Masih banyak pekerjaan besar menunggu untuk segera diselesaikan. Menghadapi tugas berat, ternyata menjadi bagian sejarah hidup SBY yang sebelum menjadi menteri sempat diprediksi bakal menjadi orang nomoer satu di lingkungan militer. Ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid berkuasa, ia sempat diberi tugas untuk melobi keluarga mantan Presiden Seoharto. Maksud langkah persuasif yang dilakukannya itu agar keluarga cendana bersedia memberikan sebagian hartanya kepada rakyat dan bangsa. Khususnya untuk membawa pulang harta keluarga Soeharto yang diperkirakan masih tersimpan diluar negeri. Padahal saat itu masyarakat tengah menunggu dengan seksama hasil peradilan orang kuat Orde Baru tersebut. Presiden Wahid pada awal tahun 2001 pernah memintanya untuk membentuk Crisis Centre. Dalam lembaga nonstruktural ini Presiden Wahid meminta Yudhoyono menjabat sebagai Ketu harian dan menempatkan pusat informasi atau kegiatan ( operation centre ) di kantor Menkopolsoskam. Lembaga baru ini berfungsi untuk memberikan rekomendasi kepada Presiden Wahid dalam menjawab berbagai persoalan. Termasuk diantaranya sikap Kepala Negara dalam merespon pemberian dua memorandum oleh DPR.

Kisah ketika dia menjabat Menkopolsoskam ( pemeritahan Presiden KH Abdurrahman wahid ) mengukir kisah tersendiri. Walau berulang kali menerima kepercayaan bukan berarti Yudhoyono ” lembek ” dalam menghadapi Presiden Wahid. Ketika terdengar kabar Presiden Wahid ngotot akan menerbitkan dekrit pembubaran DPR, maka, bersama Panglima TNI Laksamana  Widodo AS dan jajaran petinggi TNI lainnya, ia meminta Gus Dur mengurungkan niatnya. Puncaknya, pada tanggal 28 Mei 2001, bersama beberapa menteri tidak merekomendasikan rencana Presiden KH Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden. Bahkan tidak bersedia melaksanakan Maklumat Presiden yang menugaskan sebagai Menkopolsoskam untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi krisis, memelihara keamanan, ketertiban dan hukum.

Akibatnya ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan Menkopolsoskam pada tanggal 01 Juni 2001, karena menolak rencana Presiden mengeluarkan Dekrit. Ketika ia ditawari jabatan Menteri Perhubungan atau Menteri Dalam Negeri namun ditolaknya.

Lalu dalam Sidang Istimewa MPR RI, pada tanggal 25 Juli 2001, ia dicalonkan memperebutkan jabatan Wakil Presiden yang loeong setelah Megawati Seokarnoputri dipilih menjadi  Presiden. Ia bersaing dengan Hamzah Haz dan Akbar Tandjung.

Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantik menjadi Menkopolkam Kabinet Gotong Royong. Dia pun tampak menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu pelaksanaan tugasnya adalah mengumumkan pemberlakuan status darurat militer di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 19 Mei 2003, serta proses penyelesaian konflik Ambon dan Poso.

Lalu pada tanggal 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menkopolkam karena merasa kewenangannya sebagai Menkopolkam telah diambil alih oleh Presiden Megawati. Pada situasi itu, M. Jusuf Kalla, yang menjabat Menkokesra, menemuinya.Lalu, malam harinya, di sebuah hotel, ia bertemu Abdurrahman Wahid yang diisukan sudah sejak beberapa waktu meminangnya menjadi calon presiden dari PKB.

Jkenderal yang simpatik, tampan, mudah senyum dan memikat banyak perempuan ini, ketika mengumumkan permintaan pengunduran dirinya, mengatakan ” sesuai dengan hak politik saya, jika nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulksn saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia ”.

Keputusan pengunduran dirinya dinilai berbagai pihak suatu keputusan yang elegan. Dalam perjalanan kariernya, Yudhoyono, memang ingin selalu tampak elegan baik dalam betutur kata mauoun bersikap. Sikap ini terlihat dalam beberapa peristiwa penting yang melibatkan langsung menantu Jenderal ( Purn ) Sarwo Edhi Wibowo itu.

Langkah pengunduran diri ini dinilai berbagai pihak membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan menghantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasioanl. Polling Tokoh Indonesia DotCom menempatkannya sebagai calon presiden yang paling puncak.