Selasa, 07 April 2015

Cara Menanam Bibit Buah Durian



PERLAKUAN BIBIT JIKA SUDAH SAMPAI
1.      Buka tali yang ada di polibeg (gunakan silet tajam untuk memotong tali supaya tidak banyak goncangan)
2.     Buka polibeg, tambahkan tanah ke polibeg secukupnya
3.     Teduhkan bibit (jangan kena sinar matahari langsung)
4.  Siram bibit dengan 1 sendok teh NPK (jangan terlalu banyak) yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk 10 bibit sampai tanah basah semua,
5.     lakukan penyiraman 2 hari sekali dengan air biasa.
6.     Kira-kira 2 atau 3 minggu bibit siap di tanam..

CARA MENANAM BIBIT DURIAN DAN PERAWATANNYA
1.      Jarak Tanam ideal 7Meter x 7Meter.
2.     Buat Lubang dengan ukuran Lebar, Panjang, dan dalam kurang lebih 80-100cm
3.     Tanah galian di masukkan kembali ke lubang sampai rata dengan tanah
4.     Letakkan bibit di atas lubang kemudian polibegnya dibuka menggunakan silet atau pisau yang tajam sehingga bibit  tidak banyak gonjangan selanjutnya bibit dibenamkan kurang lebih 15cm
5.     Timbunlah bibit menggunakan tanah setinggi polibeg. Pupuklah bibit dengan NPK dengan takaran 1 sendok teh yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk 10 bibit dan semprot dengan gandasil D, yang dilakukan setiap 10 hari sekali.
6.     Kalau sudah ditanam kurang lebih 1 bulan dipupuk dengan pupuk kandang yang sudah matang (menyerupai tanah) yang ditaruh di sekitar tanaman dengan ukuran 1 gayung (jangan terlalu banyak). Lakukan setiap 3 bulan sekali
7.     Bila daun ada ulat, semprot dengan Diazinon atau fastak (produk lain yang fungsinya sama)
Tehnik menanam dengan cara ditinggikan di atas permukaan tanah menyerupai gunung dengan kawah di tengah, sesuai pengalaman kita  :
1.      Pohonnya Lebih cepat besar
2.     Akan merangsang tumbuhny akar di atas permukaan tanah sehingga Akan merangsang terbentuknya percabangan yang  bagus sehingga berbuahnya akan lebih MAXIMAL dan buahnya besar-besar
Lihat gambar di bawah :

Tanah

PermukaanTanah
Urugan tanah
Lubang tanah 1M x 1M x 1M
 







Pemeliharaan Tanaman
1.    Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditundatunda). Penjarangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. Jumlah buah yang dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.
2.    Penyiangan
Untuk
menghindari persaingan antara tanaman dan rumput disekeliling selama pertumbuhan, perlu dilakukan penyiangan (± diameter 1 m dari pohon).
3.    Pemupukan
Sebelum melakukan pemupukan kita harus melihat keadaan tanah, kebutuhan
tanaman akan pupuk dan unsur hara yang terkandung dalam tanah.
a.    Cara memupuk
Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm. Tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.
b.    Jenis dan dosis pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat dapat membuat tanaman tumbuh subur. Setelah tiga bulan ditanam, membutuhkan pemupukan susulan NPK (15:15:15) dengan  takaran sepucuk sendok teh perpohon dengan jarak kurang lebih 1 jengkal dari batang pohon. Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan rutin setiap empat
bulan sekali sampai tanaman berumur tiga tahun.
Setahun sekali tanaman dipupuk dengan pupuk organik kompos/pupuk kandang 1 kg per pohon pada musim kemarau. Pemupukan dilakukan dengan cara menggali lubang mengelilingi batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar dari tanaman.
4.    Pengairan dan Penyiraman
Bibit yang masih muda membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah. Bibit yang baru ditanam membutuhkan penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit itanam pada musim kemarau. Setelah tanaman berumur satu bulan, air tanaman dapat dikurangi sekitar tiga kali seminggu. Bibit yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air yang cukup. Dalam pengairan perlu dibuatkan saluran air drainase untuk menghindari air menggenangi bedengan tanaman.
5.    Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman yang baik, setiap 2 minggu sekali bibit disemprot zat pengatur tumbuh Atonik dengan dosis 1 cc/liter air dan ditambah dengan Metalik dengan dosis 0,5 cc/liter air. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tanaman agar lebih sempurna. Jenis insektisida yang digunakan adalah Basudin yang disemprot sesuai aturan yang ditetapkan dan berguna untuk pencegahan serangga. Untuk cendawan cukup melaburi batang dengan fungisida (contohnya Dithane atau Antracol) agar sehat. Lebih baik bila pada saat melakukan penanaman, batang dilaburi oleh fungisida tersebut.
6.    Pemeliharan Lain
Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) berfungsi mempengaruhi jaringan-jaringan
pada berbagai organ tanaman. Zat ini sama sekali tidak memberikan unsur tambahan hara pada tanaman. ZPT dapat membuat tanaman menjadi lemah
sehingga penggunannya harus disesuaikan dengan petunjuk pemakaian yang
tertera pada label yang ada dalam kemasan, sebab pemakaian ZPT ini hanya dicampurkan saja.
HAMA DAN PENYAKIT
1.        Hama
1)        Penggerek buah (Jawa : Gala-gala)
Ciri                    : telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring mirip rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua.
Penyebaran        : serangga penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari pohon yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini bertelur pada buah yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan secara periodik setiap menjelang musim kemarau.
Pengendalian     : dilakukan dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan
dosis 2-3 cc/liter air.
2)        Lebah mini
Ciri                    : hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daun-daun muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk kepompong), mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda.
Pengendalian     : menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
3)        Ulat penggerek bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup bunga dan calon buah.
Ciri                    : ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing.
Gejala                : kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian     : dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).
4)        Kutu loncat
Ciri                    : serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro.
Gejala                : kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian     : daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas untuk dimusnahkan. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.
2.        Penyakit
1)        Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab                         : Pythium complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti daun, akar dan percabangan.
Penularan dan penyebab : penyakit ini menular dengan cepat ke pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang terangkut air.
Gejala                              : daun yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian                   : (1) upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan; (2) pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar.
2)        Kanker bercak
Penyebab                         : Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu
antara 12-35 derajat C.
Gejala                              : kulit batang yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
Pengendalian                   : (1) perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit; (2) dilakukan dengan cara memotong kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya difolatan 4 F 3%.
3)        Jamur upas
Gejala                              : pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian                   : (1) serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terserang degan fungisida, misalnya calizin RM; (2) jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kirakira lebih 30 cm ke bawah bagian yang berjamur; (3) dengan menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar