IR. SOEKARNO
PROKLAMATOR DAN PENGGALI PANCASILA
Ir. Soekarno,
lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, Jawa Timur 06 Juni 1901. Ayahnya bernama
Raden Soekemi Sosrodihardjo ( Probolinggo, Jawa Timur ) dan ibunya Ida Ayu
Nyoman Rai ( Singaraja, Bali ). Meninggal di Wisma Yaso, Jakarta 21 Juni 1970,
Adalah Presiden Indonesia Pertama yang menjabat pada periode 1945-1966. Ia
memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
( bersama dengan Mohammad Hatta ) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Nama lengkap Ir.
Soekarno ketika lahir adalah Kusno Sosrodihardjo. Ketika masih kecil, karena
sering sakit-sakitan, menurut kebiasaan orang Jawa, oleh orang tuanya namanya diganti
menjadi Soekarno. Dikemudian hari ketika menjadi Presiden RI, ejaan nama
Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama
tersebut menggunakan ejaan penjajah ( Belanda ). Ia tetap menggunakan nama
Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan
yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh
diubah.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI ( Partai
Nasional Indonesia ) pada tanggal 04 Julin 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda memasukannya ke
penjara Sukamiskin, Bandung pada tanggal 29 Desember 1929. Delapan bulan
kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat,
beliau menunjukan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI
pun dibubarkan. Setelah bebas
pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya.
Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores tahun
1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang. Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam sidang
BPUPKI tanggal 01 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar
negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI
tanggal 18 Agustu 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden
Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi
dasar ( ideologi ) Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno
berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 yang kemudian berkembang menjadi
Gerakan Non Blok.
Ia menerbitkan Syrat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial
itu, yang konon antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut
disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong kewibawaannya
dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu
menyebabkan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang anggotanya telah
diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan kepresidenan kepada
Soeharto.
Latar Belakang dan Pendidikan
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden
Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa Timur. Ibunya berasal dari
Bali, ibunya menceritakan makna kelahiran di waktu fajar. “ Kelak engkau akan
menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena
ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi disaat fajar mulai menyingsing. Kita
orang jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat
matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau
lupakan nak, bahwa engkau ini putra dari sang fajar ”. ( Adams, 2000:24 ).
Tanggal kelahiran Soekarno pun dipandangnya sebagai pertanda nasib baik. ”
Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal enam bulan enam. Adalah
menjadi nasibku yang paling baik untuk dilahirkan dengan bintang Gemini,
lambang kekembaran. Dan memang itulah aku sesungguhnya . Dua sifat yang
berlawanan ”.( Adams, 2000:25 ).
Soekarno melihat dirinya yang terdiri dari dua sifat yang berlawanan
sebagai satu kemungkinan pertanda nasibnya di dunia politik. ” Karena aku terdiri dari dua belahan, aku
dapat memperlihatkan segala rupa, aku dapat mengerti segala pihak, aku memimpin
semua orang. Boleh jadi ini secara kebetulan bersamaan. Boleh jadi juga
pertanda lain. Akan tetapi kedua belahan dari watakku itu menjadikanku
seseorang yang merangkul semuanya ”. Kejadian lain yang dianggap pertanda nasib
oleh Soekarno adalah meletusnya Gunung Kelud saat ia lahir. Tentang ini ia
menyatakan , ” Orang yang percaya kepada takhayul meramalkan, ini adalah
penyambutan terhadap bayi Soekarno ”. Selain itu, penjelasan tentang penggantian
nama Kusno menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri Soekarno kecil
tentang dirinya sebagai calon pejuang dan pahlawan bangsanya. Kepercayaan akan
pertanda-pertanda yang muncul di hari kelahiran Soekarno memberi semacam
gambaran masa depan dalam benak Soekarno sejak masa kecilnya. Dalam kerangka
pemikiran Adler, gambaran masa depan itu disebut fictional final goals ( tujuan akhir fiktif ). Meskipun fiktif ( tak
disadari kenyataan ), tetapi gambaran masa depan ini berperan menggerakkan
kepribadian manusia untuk mencapai kondisi yang tertuang di dalamnya ( Adler,
1930;400 ). Riwayat hidup Soekarno memperlihatkan bagaimana gambaran dirinya di
masa depan dan persepsinya tentang Indonesia menggerakkannya mencapai
kemerdekaan Indonesia. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di
Tulungagung Jawa Timur. Pada usia 14 tahun seorang kawan bapaknya yang bernama
Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan
ke Hoogere Burger Scool ( HBS ). Di sana di Surabaya Soekarno banyak bertemu
dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminotosaat
itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java ( Pemuda Jawa ).
Tamat HBS tahun 1920 Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School ( sekarang
ITB ) di Bandung dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung Soekarno
berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumodan Dr. Douwes Dekker yang saat itu
merupakan pemimipin organisasi National Indishe Partij. Soekarno sebagai
ideolog yang piawai menyeberkan kepercayaan-kepercayaannya. Setrategi
penyebaran ideologi yang oleh Terry Eagleton ( 1991 ) terdiri dari
rasionalisasi, universalisasi, dan naturalisasi, dengan baik dimanfaatkan
Soekarno dalam tulisan-tulisannya. Rasionalisasi tampil dalam
argumentasi-argumentasi yang diusahaakan tersusun selogis mungkin dan
menggunakan rujukan-rujukan teori-teori ilmuwan terkemuka seperti Herbert
Spencer, Havelock Ellis, dan Ernest Renan. Rasionalisasi dapat ditemukan dalam
setiap karangannya, termasuk penggunaan data statistik demi memperkuat
pendapatnya. Strategi universalisasi dalam tukisan dan karangan Soekarno
melibatkan ajara-ajaran agama kutipan dari tokoh ternama dalam sejarah dan
peristiwa penting dalam peradaban manusia. Gagasan-gagasannya seolah berlaku
universal dan diperlukan dimana-mana. ” Firman Tuhan inilah gitaku, Firman
Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu : Innallaha la yu ghoiyiru ma bikau min,
hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim ” ( Pidato 17 Agustus 191964 ). ” Asal kit a
setia kepada hukum sejarah dan asal kita bersatu dan memiliki tekad baja, kita
bisa memindahkan Gunung Semeru atau Gunung Kinibalu sekalipun ” ( Pidato 17 Agustus 1965 ). ” Tetapi Tanah
Air kita Indonesia hanya satu bagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan
hal ini ! Gandhi berkata : ” Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya
adalah perikemanusiaan ” ( Pidato Lahirnya Pancasila, tanggal 01 Juni1945 ).
Strategi naturalisasi merupakan usaha menampilkan sebuah ideologi atau
kepercayaan sebagai sesuatu yang tampak alamiah. Ini banyak ditemukan dalam
pidato-pidato Soekarno. Penjelasan-penjelasannya tentang Pancasila sangat jelas
menggunakan naturalisasi. ” Ke
Tuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat,
Keadilan Sosial. Dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini, yang nyata selalu
jadi isi dari pada jiwa bangsa Indonesia ( Pancasila sebagai Dasar Negara, hal
: 38 ) ”. Bukan hal yang aneh jika Soekarno berkembang menjadi seorang ideolog.
Kepercayaan sejak kecil tentang kemuliaan, kepeloporan, dan kepemimpinannya ,
mendorong kuat Bung Besar ini menyebarkan kebenarannya. Gambaran diri yang
fiktif dan mistis ini pula yang memberi kepercayaan diri tampil berapi-api di
depan lautan massa. Pergerakan nasioanl.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung.
Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada
tahun 1927. Pada tahun 1926 ini pula terbit artikelnya yang terkenal ”
Nasioanalisme, Islamisme, dan Marxisme ” dalam suluh Indonesia muda, pernyatan
Soekarno dalam artikel tersebut ” Bukan kita mengharap yang nasionalis itu
supaya berobah faham jadi Islamis atau Marxis, bukannya maksud kita menyuruh
Marxis dan Islami itu berbalik menjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita
ialah kerukunan, persatuan antara tiga golongsn itu ”. Ditulis akibat
keprihatianan dia atas perseteruan SI putih pimpinan Agus Salim dengan SI merah
( Sarekat Rakyat ) Semaun dkk. Aktivis Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap
Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal :
Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932. Soekarno bergabung dengn Partai Indonesia ( Partindo
), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke
Flores. Soekarno baru
kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang ( 1942 – 19 45
), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia terutama untuk “ mengamankan ” keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat
pada Gerakan 3ยช dengan tokoh Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu
populer.
Namun akhirnya, pemerintah pendudukan Jepang memperhatikan
dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad
Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi
seperti Jawa Hookokai, Pusat Tenaga Rakyat ( Putera ), BPUPKI dan PPKI
tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Deawantara, K. H. Mas Mansyur dan
lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh
nasioanal bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah
seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddinkarena menganggap Jepang adalah fasis
yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa
meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenernya kita percaya dan
yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar
pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia
sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok ( Peristiwa Rengasdengklok ).
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki
Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes
Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohita. Bahkan
kaisar memberikan Bintang Kekaisaran (
Ratna Susi ) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu
membuat pemerintahan pendudukan Jepang
terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu
dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang
oleh Marsekal Terauch, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat
Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun ketertibatannya dalam badan-badan
organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerjasama
dengan Jepang antara lain dalam kasus Romusha.
Perang Revolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai
mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ).
Panitia kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan ( yang menghasilkan Piagam Jakarta
) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ), Soekarno-Hatta
mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat
Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945,
Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama
pasukan Pembela Tanah Air ( Peta ) Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk
antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Pada pemuda menuntut
agar Soekarno dan Hatta segaera memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena
Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan
para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapakn moment tepat untuk
kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu
bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini
merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammmad
SAW yakni Al Quran. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta
diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi Presiden dan Wakil Presiden
dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan
tanpa pertumpahan darah ( peristiwa Lapangan Ikada ) dimana 200.000 rakyat
Jakarta akan berontak dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu ( AFNEI ) yang dipimpin oleh Letjen. Sir
Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de
facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno
juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang
dilancarkan pasukan NICA ( Belanda ) yang membonceng Sekutu ( di bawah Inggris
), meledaklah Peristiwa10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir
Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno
akhirnya memindahkan ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Diikuti Wakil Presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden
selaku kepala pemerintahan dan kepala negara ( presidensiil/single executive ).
Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semi
presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan
Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal ini terjadi
karena adanya Maklumat Wakil Presiden No. X dan maklumat pemerintah bulan
November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia
dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan kedudukan
Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa
Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Muhammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara
ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (
PDRI ) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia
internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta
adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Kemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan ( Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai
Penyerahan Kedaulatan ), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik
Indonesia Serikat ( RIS ) dan Muhamad
Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia
diserahkan Mr. Assaat, yang kemudian dikenal dengan RI Jawa- Yogya. Namn karena
tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke Negara Kesatuan,
maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr. Assaat sebagai pemangku jabatan
Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan
pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan
rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh
bangunnya kabinet yang terkenal sebagai ” kabinet seumur jagung ” membuat
Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya
sebagai ” penyakit kepartaian ”. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan
menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh
bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan
Angkatan Udara.
Dengan Dekrit 05 Juli 1959, Soekarno
membubarkan Konstituante yang bertugas merancang UUD baru bagi Indonesia, serta
memulai periode yang dalam sejarah politik kita sebut sebagai ” Demokrasi
Terpimpin ”. Peristwa ini sangat penting, bukan saja karena menandai
berakhirnya eksperimen bangsa Indonesia dengan sistem demokrasi yang liberal,
tetapi juga tindakan Soekarno tersebut memberikan landasan awal bagi sistem
politik yang justru kemudian dibangun dan dikembangkan pada masa Orde Baru.
Tapi bukankah Soekarno amat berbeda dari Soeharto, pendiri Orde Baru yang
menggantikannya lewat serangkaian manuver politik sejak tahun 1965 yang hingga
kini masih banyak diselimuti misteri. Tentu banyak perbedaan antara Soekarno
dan Soeharto yang amat gamblang. Presiden pertama RI dikenal sebagi orator yang
ulung, yang dapat berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasioanal,
neokolonialisme dan imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa,
kekuatan rakyat
Hal tersebut nampak dalam ungkapannya ”Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa
rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung
lidah rakyat ”. Pengakuan ini meluncur dari Soekarno Presiden RI pertama, dalam
karyanya Menggali Api Pancasila.
Dengan mengubur partai politik, Seokarno menganggap bahwa bangsa Indonesia
dapat kembali kepada ” rel ” revolusi yang sejati dengan semangat persatuan,
simpati Soekarno pada gerakan-gerakan anti-imperialisme dan mungkin sebagai
salah satu konsekuensi, penerimaannya pada Partai Komunis Indonesia ( PKI )
sebagai aktor politik yang sah.
Adalah penting juga untuk dicatat bahwa salah satu kekuatan pendukung utama
upaya Soekarno untuk memberlakukan Demokrasi Terpimpin adalah Angkatan Darat.
Mengapa Angkatan Darat mendukung upaya Soekarno? Jawabannya sebenarnya cukup
sederhana. Ada persamaan nasib antara Seokarno dan tentara didalam sistem
demokrasi liberal yang mementingkan peranan partai dan parlemen, yakni keduanya
tidak mempunyai akses yang langsung terhadap jalannya roda pemerintahan.
Dengan kata lain, diluar jatuh bangunnnya kabinet dalam sistem liberal
tahun 1950-an serta pemberontakan-pemberontakan didaerah, baik Soekarno dan
Angkatan Darat mempunyai kepentingan nyata untuk membangun suatu sistem politik
baru yang memberikan mereka kekuasaan yang lebih langsung. Bisa dikatakan
Soekarno tidak puas sebagai Presiden yang hanya bersifat figure-haead,
sedangakn Angkatan Darat telah berkembang menjadi kekuatan yang juga tidak puas
dalam peranan hanya sebagai penjaga pertahanan dan keamanan belaka. Pembahasan
terhadap kepentingan-kepentingan konkrit seperti ini tidak lazim ditemukan
dalam pelajaran sejarah disekolah pada tahun 1950-an.
Perlu diingat pula bahwa, untuk sebagian penaklukan terhadap pemberontakan
daerah telah menghasilkan suatu pimpinan Angkatan Darat yang jauh lebih bersatu
dibandingkan sebelumnya. Jenderal Abdul Haris Nasution telah tampil sebagai
pimpinan yang mampu untuk meredam tantangan yang diajuakan oleh
komamdan-komandan lokal yangmemberontak karena tidak senang dengan dominasi
Jakarta/Jawa. Di samping itu, kondisi darurat yang dicanangkan untuk menghadapi
pemberontakan daerah telah menempatkan banyak perwira militer sebagai
administrator roda pemerintahan. Lebih jauh lagi, nasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing di tahun 1957 yang yang sebenarnya dipelopori oleh
serikat buruh telah menempatkan banyak perwira militer din pucuk pimpinan
perusahaan-perusahaan negara yang terbesar. Diantaranya adalah Ibnu Sutowo yang
kemudian mengembangkan Pertamina.
Dengan posisi politik dan ekonomi yang kaut seperti ini, tampaknya militer
tergiur untuk mempunyai peranan yang langsung di dalam sistem politik ” Demokrasi
Terpimpin ”-nya Seokarno memberikan peluang. Diantara golongan ” fungsional ”
atau ” karya ” yang boleh duduk dalam parlemen adalah tentara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia
internasioanl. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum
merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan
Presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilakan Dasa Sila. Bandung dikenal
sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat ” bom waktu ” yang
ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan
kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang
merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasionaldalam pemecahan
konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (
Yugoslavia ), Gamal Abdel Nasser ( Mesir ), Mohammad Ali Jinnah ( Pakistan ), U
Nu ( Birma ), dan Jawaharlal Nehru ( India ) ia mengadakan Konferensi
Asia-Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak
negara-negara Asia-Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya,
masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena
ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat
atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia- Afrika
yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia ” bercerai ” dengan Wakil
Presiden Mohammad Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta
darinkancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan
separatis yang terjadi diseluruh pelosok Indonesi, dan puncaknya pemberontakan
G 30 S, membuat Soekarno didalam masa jabatannya tidak dapat ” memenuhi ”
cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Seoekrno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta. Setelah
mengalami pengucilan oleh suksesornya yang ”durhaka ” Jenderal Seoharto.
Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur dan kini menjadi ikon kota
tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan
wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat Haul Bung Karno.
* Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar