Selasa, 11 Februari 2014

PROF. DR. H. HARYONO SUYONO



PROF. DR. H. HARYONO SUYONO



Prof. Dr. H. Haryono Suyono dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal  06 Mei 1938. Semasa kecilnya haryono diasuh kedua orang tuanya, Bapak Alimoesa dan Ibu Padmirah Alimoesa. Ayahnya adalah seorang guru SD yang kemudian berpindah-pindah dari satu desa pegunungan ke desa pegunungan lainnya di kawasan kabupaten Pacitan. Karena itu, Haryono semasa kecilnya banyak diasuh oleh ibunya yang ulet Ny. Padmirah, yang mendidik anak-anaknya kerja keras dengan membuka warung kecil keperluan sehari-hari bagi keluarga sekitarnya di rumahnya di Pucang Sewu, Pacitan.

Selama revolusi 1945, Haryono kecil yang masih sekolah SD di desanya, ikut mengungsi beroindah ke SD di desa pengungsian. Namundia tetap bersekolah dan bergaul denagn anak-anak desa perjuangantersebut. Selama masa itu Haryono sempat naik kelas dua kali dalam satu tahun pelajaran karena dianggap menonjol dikalangan teman-temannya. Haryono tamat SD di Pacitan pada tahun 1951.

Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD, Haryono melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Yogyakarta, yaitu pada SMP IV Negeri dan SMA IVB Negeri. Selama sekolah SMA Negeri IVB di Yogyakarta Haryono sangat aktif dalam lingkungan penerbitanmajalah sekolah dan selama tiga tahun berturut-turut menjadi pimpinan redaksi dari majalah Gelora sekolah tersebut. Pengalaman itulah yang menempatkan Haryono lebih lancar menulis dan membuat laporan.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1954, dan SMA IVB Negeri pada tahun 195, selama dua tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Di luar kuliah Haryono aktif organisasi non kampus di kampungnya bersama para mahasiswa Universitas Gajah Mada, antara lain mantan Gubernur Kalimantan selatan Drs. Gusti Hasan Aman, yang waktu itu adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Gajah Mada.

Namun karena ada sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidk meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan kuliah sebagai mahasiswa Ikatan Dinas pada Akademi Ilmu Statistik ( AIS ) Jakarta, suatu Akademi kedinasan di bawah naungan biro Pusat Statistik di Jakarta. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dalam waktu tiga tahun.

Segera setelah menyelesaiakan pendidikan pada Akademi Ilmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal 30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis cantik asli Betawi Astuti Hasinah dan kemudian dikaruniai empat orang anak : Ria Indrastuti ( 1964), Dewi Pujiastuti ( 1965 ), Fajar Wiryono (1967 ), dan Rina Mardiana (1968 ). Dengan empat ornag anak tersebut kadang-kadang Haryono disangka tidak melaksanakan program KB, pada hal anaknya yang terkecil dilahirkan dua tahun sebelum program KB resmi dimulai pada tahun 1970.

Angkatan Haryono pada AIS termasuk angkatan yang istimewa. Selam tiga tahun dalam AIS tersebut angkatan ini mendapat dosen yang sebagian besar adalah ahli-ahli PBB dari luar negeri yang sedang membangun perstatistikan di Indonesia. Namun beasiswa waktu itu sangat minim, padahal kakak yang diikuti oleh Haryono adalah seorang pegawai negeri yang gajinya pas-pasan. Bapak Soemargo, kakak Haryono tersebut mempunyai sebuah taksi atau oplet. Pada waktu-waktu tertentu, untuk engepulkan asap asap dapur, maka Haryono dan kakaknya Soemargo, yang sudah almarhum sekarang, bergantian menyopiri oplet ( sejenis mikrolet ) itu mondar-mandir antara Jatinegara-Pasar Rego-Pasar Minggu untuk mencari penumpang yang waktu itu sungguh tidak pernah putus-putusnya, selalu penuh dan memberi cukup rejeki untuk mengepulkan asap dapur.

Karena Haryono beruntung mendapatkan dosen yang tanggguh, maka setelah tamat AIS pada tahun 1963 Haryono sebagai salah seorang mahasiswa yang menonjol, antara lain selama mahasiswa dianggap giat sebagai Wakil Ketua kemudian Ketua Senat Mahasiswa AIS, maka Haryono mendapat kesempatan untuk ditunjuk menjadi Asisten dari Direktur AIS. Segera setelah itu maka haryono mendapat kesempatan yang luas untuk bekerja pada Biro Pusat Statistik ( BPS ) dan pada tahun1965 ditempatkan di DKI Jakarta sebagai Wakil Kanwil Kantor Sensus dan Statistik Propinsi DKI Jakarta, suatu jabatan yang sebenarnya masih sangat jauh dari golongan pangkat yang dimilikinya. Pada tahun berikutnya Haryono dipercaya sebagai Pjs. Kanwil Kantor Sensus dan Statistik DKI tersebut. Haryono tidak lama menjabat pada posisi itu karena segaera ditarik untuk memimpin suatu bagian baru, Bagian Konsultasi dan Humas Kanror Biro Pusat Statistik di pusat.

Setelah bekerja pada Biro Pusat Statistik ( BPS ) dari tahun 1963 – 1969, mulai bulan Mei 1969 Haryono mendapatkan kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di Amerika Serikat. Suatu universitas yang terkemuka dan termahal di Amerika Serikat.

Dalam waktu tiga tahun, 1969 – 1972, Haryono menyelesaiakan tugas belajaritu dengan cepat, sehingga pendidikan S1, S2 dan S3 atau gelar Master dan Doktor dalam bidang Sosiologi dengan spesialisasi dalam bidang Komunikasi dan Perubahan Sosial serta kependudukan dan Pembanguanan dapat diselesaikannya dengan baik. Di kalangan kampus, terutama bagi orang Amerika yang agak sulit menyebut nama Haryono, mka beliau mendapat sebutan Mr. Hary. Bahkan teman-teman lamanya sampai sekarang masih menyebutnya dengan nama Mr. Hary.

Setelah kembali ke tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik ( BPS ) dan merangkap pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ). Akhirnya Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Bapak Presiden Soeharto menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983. Sepuluh tahun berikutnya, tahun 1993, Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan VI. Pada kabinet terakhir Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan VII, beliau masih dipercaya oleh pemerintah dan diangkat sebagai Menko Kesra dan Taskin sekaligus merangkap Kepala BKKBN. Dalam alam reformasi yang mana terjadi pergantian pucuk pimpinan pemerinthan yaitu dari Presiden Seoharto kepada Presiden B.J. Habibie, Haryono masih dipercaya dan bahkan diberi kepercayaan yang sangat tinggi oleh Presiden B.J. Habibie untuk menduduki jabatan strategis yaitu Menko Kesra dan Taskin pada Kabinet Reformasi Pembangunan.

Selama menjabat sebagai Deputi di BKKBN Pusat Haryono memimpin kegiatan operasional selam lebih dari tiga belas tahun. Selam itu berbagai pendekatan yang dianggap inovatif mencuat dan membawa nama Indonesia melambung ke arena internasioanl. Dukungan Presiden Soeharto saat itu luar biasa membuat pendekatan inovatif itu menjadi contoh dari komitmen yang harus dilakukan oleh para Pimpinan Negara dalam mengajak masyarakatnya mengadakan perubahan dan pembaharuan dalam pola pembangunannya.

Dalam kepemimpinannya di BKKBN, lembaga ini mendapat banyak sekali penghargaan nasional dan internasioanl. Disamping itu BKKBN juga mendorong lembaga lain yang terkait untuk mendapatkanpenghargaan internasioanl, misalnya berulang kali RRI penghargaan internasional, PKK mendapatkan penghargaan internasional dan lain sebagainya. Sebagai badan atau lembaga koordinasi BKKBN dua kali berturut-turut mendapatkan penghargaan Development Management Award dari Lembaga Manajemen di Filipina, Jepang, dan Hongkong.

Di bawah kepemimpinannya Gerakan Nasioanl KB telah ikut menghantarkan Presiden Soeharto untuk mendapatkan penghargaan PEE UN Population Awards daam bidang kependudukan pada tahun 1988. Peristiwa ini sekakaligus merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi bangsa indonesia karena ternyata peristiwa itu bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Bapak Presiden Soeharto dan merupakan peristiwa internasioanl pertama bapak Presiden berpidato di forum internasioanl PBB di New York.

Pada awal tahun 1966 Haryono dipercaya dan ditunjuk sebagai wakil Ketua I Yayasan Dana Sejahtera Mandiri ( Damandiri ) bersama-sama dengan bapak Sudono Salim dan Bapak Sudwikatmono. Yayasan ini diketuai langsung oleh Bapak Soeharto. Dengan yayasan ini maka usaha pembangunan keluarga sejahtera yang sekaligus dikaitkan dengan penghapusan kemiskinan mendapat tempat yang terhormatdi kalangan rakyat yang sangat membutuhkan di seluruh pelosok pedesaan. Proses pemberdayaan yang hampir tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada dana telah dapat diciptakan oleh yayasan dengan dukungan Presiden Soeharto yang secara pribadi memimpin sendiri yayasan tersebut dengan segala risikonya.

Pada waktu menjabat dipemerintahan Haryono dikenal sebagai orang sangat dekat dengan berbagai kalangan, baik kalangan pemerintah sendiri maupun organisasi masyarakat lainnya, untuk itu tepatnya pada tanggal 27 Oktober 2002 bertempat di Hotel Victory, Batu, Malang, dari hasil Munas VII Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda         ( HIPPRADA ) Haryono terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum periode 2002 – 2006 dan diberikan kepercayaan penuh untuk memimpin organisasi itu. Kemudian Prof. Dr. H. Haryono Suyono terpilih kembali sebagai Ketua Umum HIPPRADA untuik periode 2006 -2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar