Kamis, 24 Mei 2012

Dongeng Kancil dan Anjing Pak Tani


KANCIL DAN ANJING PAK TANI

Pada kisah yang lalu diceritakan, Kancil yang senang mencuri timun tertangkap oleh pak tani. Kancil langsung dimandikan untuk membersihkan lem yang menempel diseluruh tubuhnya karena jebakkan orang-orangan sawah yang dipasang pak tani begitu sampai dirumah. Setelah semua badan si kancil bersih dari lem, pak tani kemudian memasukannya kedalam kerangkeng yang telah dipersiapkan dan menyuruh anjingnya untuk menjaga si Kancil.
Hari sudah sore ketika pak tani mengasah golok yang dipakainya untuk menebang bambu kemarin. Melihat gelagat yang ditunjukkan pak tani, tentu saja membuat Kancil ketakutan setengah mati. Kancil sangatlah paham dengan apa yang akan dilakukakn pak tani. Ya,,, tentu saja ia akan menyembelih dan memanggang dagingnya untuk dijadikan lauk makan. Sang Kancil harus memutar otak guna mencari cara bagaimana bisa meloloskan diri. Ia mengamati gembok pada kerangkeng yang mengurungnya, dan ternyata gembok tersebut hanya bisa dibuka dari luar sehingga tidak mungkin ia bisa melepaskan gembok tersebut dari dalam kerangkeng. Lalu ia harus minta tolong siapa? Padahal Anjing yang menjaga kerangkeng merupakan hewan paling setia pada majikannya. Ah tidak mungkin, “inilah akhir dari hidupku” demikian pikir Kancil.
Selesai mengasah goloknya, pak tani menghampiri kerangkeng tempatnya mengurung kancil. Semakin dekat pak tani berjalan menuju kerangkeng, semakin Kancil ketakutan. “habislah aku sekarang” demikian ucapnya dalam hati. Namun ketakutannya serta merta hilang ketika tahu tujuan pak tani saat itu hanya untuk berpesan pada anjingnya agar menjaga si Kancil baik-baik dan segera ia meninggalkan mereka berdua.
Malam ini, seolah sudah menjadi malam terakhir buat si Kancil. Ia berpikir sudah tidak akan lagi bisa melihat matahari terbenam esok sore. Dari dalam kerangkengnya ia terus memperhatikan gerak-gerik sang Anjing yang tak pernah berhenti mengawasinya. Dengan pengawasan ekstra ketat yang diberikan sang Anjing, tentu saja membuatnya tak bisa berkutik. Namun karena pengawasan ekstra yang diberikan si Anjing itulah ia mempunyai ide untuk meloloskan diri. Didalam kerangkeng besi dan dengan pengawasan sang kancil mulai menjalankan idenya. Pertama-tama ia duduk dengan tenang dan penuh konsentrasi. Sesaat kemudian mulutnya mulai meracau tidak jelas. “terimakasih Tuhan, Kau telah menempatkanku di tempat sebenarnya. Kau telah mengirimkan aku kepada orang yang sangat baik hati”.
Racauan si Kancil tentu saja mengusik perhatian sang Anjing. Ia mendekat ke kerangkeng dan membentak Kancil “diam, ini sudah malam. Jangan berisik, nanti majikanku terbangun dan dia malah memotongmu malam ini.” Kancil terdiam mendengar hardikan si Anjing. “maafkan aku karena telah mengganggu tidurmu dan majikanmu. Aku hanya ingin mengucapkan rasa terimaksihku pada Tuhan yang telah mengirimku kemari.”
Jawaban si Kancil tentu saja membuat Anjing pak tani ini terheran-heran. “apa? Kau berteimakasih? Apakah kau tidak tahu bahwa pak tani akan memotongmu besok pagi dan dijadikan lauk makan untuk kami berdua?”
Jawaban sang anjing Kancil tentu saja membuanya kaget, karena apa yang diperkirakannya ternyat benar. Pak tani akan memotongnya besok pagi. Namun kekagetan si Kancil tidak berlangsung lama. Segera ia pasang muka bijaksana. “kau salah sangka teman. Majikanmu sebenarnya tidak ingin memotongku besok pagi. Tidak pula ia akan memanggangku untuk dijadikan lauk. Ia berbohong padamu, sebenarnya ia ingin mengajaku untuk jalan-jalan ke kota”.
Anjing tertawa terbahak-bahak sambil mengejek, mendengar jawaban Kancil. “mana mungkin ia mengajakmu kekota. Kau telah mencuri timun dikebunnya, dan majikanku juga telah mengasah goloknya untuk memotongmu besok. Aku saja yang sudah bertahun-tahun menemaninya disini tak pernah diajaknya kekota, apa lagi kamu, pencuri”.
Kancil yang sudah merasa berhasil menarik perhatian sang Anjing semakin  percaya diri dalam merekayasa kebohongannya. “justru karena aku telah mencuri timun milik majikanmu itulah, aku diajaknya kekota. Sebagai penebus rasa bersalahku, aku akan menunjukkan tempat penjualan bibit timun yang terbaik. Pak tani mengasah goloknya karena golok tersebut akan dibawanya kekota, untuk berjaga-jaga kalau-kalau kami akan menemui rintangan sepanjang perjalanan”.
Sepertinya apa yang diharapkan oleh Kancil menjadi kenyataan. Anjing yang menjaganya, sudah mulai percaya dengan apa yang diceritakan. Maka kebohongannya semakin menjadi-jadi. “apakah kau lupa, ketika baru saja aku sampai disini pak tani langsung memandikanku? Itu adalah pertanda bahwa dia menyayangiku. Dan dia juga berpesan padamu agar menjagaku dengan baik, itu juga merupakan bukti bahwa dia tidak mau kehilangan aku.”
Penjelasan dari si kancil yang nampak sangat meyakinkan dan masuk akal tersebut tentu saja membuat sang Anjing sedikit banyak percaya pada bualan Kancil. Nampak dari raut wajah sang Anjing yang mulai bimbang dan ragu. Melihat kondisi yang menguntungkan tersebut, si Kancil bertanya pada sang Anjing “benarkah kau belum pernah melihat kota?”
Sang Anjing yang sudah mulai terlanjur percaya pada Kancilpun menjawab dengan jujur “belum. Sebenarnya aku ingin sekali melihat kota. Namun majikanku tak pernah mengajakku karena aku harus menjaga rumah.”
“kasihan sekali dirimu. Kau adalah hewan paling setia yang pernah aku temui. Tapi aku heran mengapa pak tani begitu kejam hingga tak pernah mengajakmu pergi kekota.” Jawab kancil.
Termakan omongan Kancil, sang Anjing nampak semakin bimbang dan ragu. “ya kau benar! Tapi apa yang bisa aku lakukan. Berkali-kali aku memintanya untuk mengajakku kekota, namun jawabannya selalu sama. Kalau aku ikut dia kekota, siapa yang akan menjaga rumah.”
“ingin rasanya aku menolongmu, namun aku takut kalau-kalau aku dikira ingkar janji pada pak tani.” Jawab kancil dengan pura-pura bingung dan penuh rasa bersalah.
Mendengar jawaban kancil yang sepertinya penuh dengan ketulusan dan kejujuran, sang anjing pun terpancing untuk terus bertanya, “benarkah kau bisa menolongku?”
“tidak kawan, aku tidak bisa menolongmu. Aku terlanjur berjanji pada pak tani untuk menebus semua salahku dengan jalan menemaninya kekota”.
“bukankah tadi kau mengatakan ingin menolongku?” tanya sang Anjing.
“ya, aku memang ingin menolongmu, namun kau juga tidak tahu dimana tempat penjual bibit timun terbaik dikota? Jadi percuma saja aku menolongmu.”
Setelah berkata demikian si Kancil merebahkan dirinya seolah-olah tidak peduli dengan kepedihan sang Anjing. Dan hewan penjaga itupun semakin semakin pedih karena Kancil sepertinya tak mampu menolong. Keduanya saling terdiam beberapa saat lamanya.
Malam semakin hening dan senyap ketika tiba-tiba suara sang Kancil memecahkannya. “aku bisa menolongmu teman, aku punya ide. Tapi..... ah tidak, aku tak mau menyusahkanmu.” Sang Anjing yang dari tadi lunglai karena keinginannya untuk dapat melihat kota sepertinya sudah tidak akan mungkin terwujud, mendengar ucapan Kancil barusan menjadi bersemangat kembali.
“benarkah kau punya ide untuk mewujudkan keinginanku agar bisa pergi kekota? Tidak apa-apa, asalkan aku dapat pergi kekota aku tidak akan merasa disusahkan. Apa yang harus aku lakukan?”
Kancil sudah merasa amat sangat yakin kalau rencanaya pasti akan berhasil makin percaya diri dengan keadaan tersebut.
“baiklah kalau tidak menyusahkanmu. Aku rasa kau tidak mengetahui dimana tempatnya orang yang menjual bibit timun tersebut. Makanya aku akan menggambar sebuah peta sebagai petunjuk jalanmu.”
“baiklah aku setuju dengan usulmu. Dimana kau akan menggambarnya?” tanya sang anjing.
“tunggu dulu, jangan terlalu senang. Karena setelah itu masaih ada satu masalah lagi.”
Sang anjing terperanjat “masalah apa lagi?”
“bagaimana cara kita untuk meyakinkan pak tani agar kau bisa menggantikan posisiku?”
Semangat yang terpancar dari mata sang anjing yang sempat berkobar kembali meredup setelah mendengar kata-kata si kancil. Benar juga apa yang dikatan kancil. Ia bisa saja menggantikan posisi kancil yang tahu tempat dijualnya bibit timun terbaik, namun tidak mungkin ia bisa menggantikan posisi Kancil karena perbedaan diantara keduanya sangatlah berbeda.
Kancil tentu sangatlah paham dengan apa yang sedang dialami Anjing, dan kesempatan seperti inilah yang ditunggu-tunggunya.
“oh iya, aku ingat sekarang. Pak tani mengajakku pergi kekota pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit. Jadi dia tidak akan dapat membedakan siapa yang sebenarnya diajaknya pergi kekota karena hari masih gelap.”
Sang anjing sangat gembira mendengar ide dari si Kancil. “apa yang harus aku lakukan?”
“keluarkan aku dari sini, aku akan menggambar peta tempat dijualnya bibit timun terbaik. Setelah itu, kamu menggantikan posisiku didalam dan aku yang akan menjagamu.”
Tanpa banyak basa-basi, sang Anjingpun membuka pintu kerangkeng dan Kancil buru-buru keluar. Kancil sudah berjanji akan menggambar sebuah peta yang berisikan rute perjalanan dari desa pak tani menuju kota, dan juga tempat dijualnya bibit timun segera menepati janjinya. Dengan serius ia menggambar peta tersebut ditanah tempatnya berpijak, demikian juga dengan sang Anjing yang terlihat amat seksama memperhatikan peta yang digambar Kancil. Tak beberapa lama kemudian, Kancil menyelesaikan peta tersebut.
“kawan, rasanya ini sudah lewat tengah malam. Menurutku tidak lama lagi, pak tani akan keluar dan segera mengajakku kekota. Sebaiknya kau masuklah kekandang dan aku yang akan menjagamu diluar.”
Anjing segera masuk kedalam kerangkeng dan Kancil menutup pintu kerangkeng untuk kemudian menguncinya. Keduanya nampak sama-sama bahagia. Sang Anjing akan segera pergi kekota bersama majikannya, sementara itu si Kancil berhasil meloloskan diri dari maut. Lama keduanya saling diam dan terbuai khayalan masing-masing. Tiba-tiba si Kancil memegang perutnya dan mengeluarkan suara mengaduh. Anjing yang merasa telah berhutang budi pada kancil terlihat khawatir dengan apa yang menimpa sahabat barunya.
“apa yang terjadi denganmu kawan? Ada apa dengan perutmu?” demikian tanya sang anjing penuh khawatir.
Kancil tetap memegang perutnya dan nampak sangat kesakitan. “perutku sakit, tahukah kau dimana aku bisa menemukan tempat untuk buang air besar?”
“tentu saja aku tahu” jawab sang Anjing. “tempatnya ada dibelakang dumah pak tani, sudah hampir masuk kedalam hutan. Lebih baik engkau keluarkan aku, aku akan memapahmu berjalan sampai kesana.”
“tidak perlu kawan, rasanya aku masih kuat berjalan sendiri. Kau tunggulah disini. Sebentar lagi aku akan kembali.”
Tanpa menunggu jawaban sang Anjing, si Kancilpun melangkahkan kakinya pergi kearah hutan untuk buang air besar. Ia berjalan dengan tertatih-tatih sampai hilang dari panglihatan Anjing karena gelapnya malam. Setelah merasa yakin bahwa Anjing penjaga tidak melihatnya lagi, si Kancilpun berlari secepatnya masuk kedalam hutan sambil tertawa penuh suka dan ejekan kepada sang Anjing. “dasar penjaga tolol” demikian ucapnya dalam hati.
Kembali kepada Anjing yang sekarang terkkurung dalam kerangkeng. Ia masih saja terus-menerus mengkhawatirkan keadaan si Kancil yang sudah pergi cukup lama belum kembali. Ia berpikir bahwa Kancil pasti tersesat hingga masuk kedalam hutan dan tidak bisa kembali. Karena kekhawatiran yang dirasakan sang anjing ia tertidur dan tidak menyadari bahwa pagi telah datang.
Ayam jantan mulai berkok dan langit menjadi terang. Pak tani bangun dari tidurnya. Ia merasa ada hal yang tidak berjalan seperti biasanya. Setiap pagi tiba, biasanya Anjingnya selalu menggonggong untuk membangunkannya ataupun hanya sekedar memberi pertanda bahwa pagi telah tiba. Kemudian ia teringat bahwa pagi ini ia berncana untuk memmotong Kancil dan memanggangnya. Kemudian ia mengambil golok yang sudah diasahnya kemarin dan buru-buru menuju kerangkeng tempat ia mengurung si Kancil. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahu bahwa sekarang yang berada dalam kerangkeng adalah Anjing miliknya yang disuruh untuk menjaga Kancil. Segera ia membentak sang Anjing agar segera bangun. Hewan tersebut langsung terbangun dengan wajah yang berseri-seri dan bertanya “kita berangkat sekarang tuan?”
Pak tani yang masih terkejut menyaksikan apa yang dilihatnya balik bertanya. “berangkat kemana? Hari ini kita tidak kekebun.”
“bukannya tuan hari ini akan pergi kekota untuk membeli bibit timun baru yang dirusak oleh Kancil kemarin?” demikian sang anjing melanjutkan pertanyaannya.
“siapa yang mengatakan itu padamu? Dan sekarang dimana si Kancil?” pak tani balik bertanya.
“si kKncil yang menceritakan ini pada saya. Dan keberadaanya sekarang saya tidak tahu. Mungkin ia tersesat kedalam hutan.” Anjing kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya dengan si Kancil semalam secara runtut tanpa ada satupun yang terlewatkan. Pak tani juga mendengarkannya dengan penuh perhatian. Setelah selesai mendengarkan cerita Anjing peliharaanya, pak tani terawa terbahak-bahak, dan tentu saja membuat sang anjing kebingungan.
“kenapa anda tertawa tuan?” tanya sang anjing.
“tentu saja aku mentertawakan kebodohanmu yang ternyata masih bisa ditipu oleh si Kancil.” Jawab pak tani sambil terus tertawa.
“tertipu? Maksud tuan?’ sang anjing kembali bertanya keheranan. Pak tani menjelaskan bahwa sebenarnya ia ingin memotong si Kancil sebagai lauk makan mereka berdua hari ini, namun karena ternyata si Kancil berhasil lolos maka hari ini pak tani harus kembali mencari lauk dikebun dengan sebelumnya membebaskan sang Anjing dari dalam kerangkeng. Akhirnya mereka berdua berangkat ke kebun. Anjing nampak sangat terpukul, karena kebodohannya ia gagal menyantap kancil panggang hari ini. Dan pak tanipun masih tidak bisa menahan senyum karena tak habis pikir bahwa Anjingnya masih bisa ditipu oleh si Kancil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar