KANCIL DAN ANJING PAK TANI
Pada kisah yang lalu diceritakan, Kancil
yang senang mencuri timun tertangkap oleh pak tani. Kancil langsung dimandikan
untuk membersihkan lem yang menempel diseluruh tubuhnya karena jebakkan
orang-orangan sawah yang dipasang pak tani begitu sampai dirumah. Setelah semua
badan si kancil bersih dari lem, pak tani kemudian memasukannya kedalam
kerangkeng yang telah dipersiapkan dan menyuruh anjingnya untuk menjaga si Kancil.
Hari sudah sore ketika pak tani
mengasah golok yang dipakainya untuk menebang bambu kemarin. Melihat gelagat
yang ditunjukkan pak tani, tentu saja membuat Kancil ketakutan setengah mati.
Kancil sangatlah paham dengan apa yang akan dilakukakn pak tani. Ya,,, tentu
saja ia akan menyembelih dan memanggang dagingnya untuk dijadikan lauk makan.
Sang Kancil harus memutar otak guna mencari cara bagaimana bisa meloloskan
diri. Ia mengamati gembok pada kerangkeng yang mengurungnya, dan ternyata
gembok tersebut hanya bisa dibuka dari luar sehingga tidak mungkin ia bisa melepaskan
gembok tersebut dari dalam kerangkeng. Lalu ia harus minta tolong siapa?
Padahal Anjing yang menjaga kerangkeng merupakan hewan paling setia pada
majikannya. Ah tidak mungkin, “inilah akhir dari hidupku” demikian pikir Kancil.
Selesai mengasah goloknya, pak tani
menghampiri kerangkeng tempatnya mengurung kancil. Semakin dekat pak tani
berjalan menuju kerangkeng, semakin Kancil ketakutan. “habislah aku sekarang”
demikian ucapnya dalam hati. Namun ketakutannya serta merta hilang ketika tahu
tujuan pak tani saat itu hanya untuk berpesan pada anjingnya agar menjaga si Kancil
baik-baik dan segera ia meninggalkan mereka berdua.
Malam ini, seolah sudah menjadi malam
terakhir buat si Kancil. Ia berpikir sudah tidak akan lagi bisa melihat
matahari terbenam esok sore. Dari dalam kerangkengnya ia terus memperhatikan
gerak-gerik sang Anjing yang tak pernah berhenti mengawasinya. Dengan
pengawasan ekstra ketat yang diberikan sang Anjing, tentu saja membuatnya tak
bisa berkutik. Namun karena pengawasan ekstra yang diberikan si Anjing itulah
ia mempunyai ide untuk meloloskan diri. Didalam kerangkeng besi dan dengan
pengawasan sang kancil mulai menjalankan idenya. Pertama-tama ia duduk dengan
tenang dan penuh konsentrasi. Sesaat kemudian mulutnya mulai meracau tidak jelas.
“terimakasih Tuhan, Kau telah menempatkanku di tempat sebenarnya. Kau telah
mengirimkan aku kepada orang yang sangat baik hati”.
Racauan si Kancil tentu saja mengusik
perhatian sang Anjing. Ia mendekat ke kerangkeng dan membentak Kancil “diam,
ini sudah malam. Jangan berisik, nanti majikanku terbangun dan dia malah
memotongmu malam ini.” Kancil terdiam mendengar hardikan si Anjing. “maafkan
aku karena telah mengganggu tidurmu dan majikanmu. Aku hanya ingin mengucapkan
rasa terimaksihku pada Tuhan yang telah mengirimku kemari.”
Jawaban si Kancil tentu saja membuat Anjing
pak tani ini terheran-heran. “apa? Kau berteimakasih? Apakah kau tidak tahu
bahwa pak tani akan memotongmu besok pagi dan dijadikan lauk makan untuk kami
berdua?”
Jawaban sang anjing Kancil tentu saja membuanya
kaget, karena apa yang diperkirakannya ternyat benar. Pak tani akan memotongnya
besok pagi. Namun kekagetan si Kancil tidak berlangsung lama. Segera ia pasang
muka bijaksana. “kau salah sangka teman. Majikanmu sebenarnya tidak ingin
memotongku besok pagi. Tidak pula ia akan memanggangku untuk dijadikan lauk. Ia
berbohong padamu, sebenarnya ia ingin mengajaku untuk jalan-jalan ke kota”.
Anjing tertawa terbahak-bahak sambil
mengejek, mendengar jawaban Kancil. “mana mungkin ia mengajakmu kekota. Kau
telah mencuri timun dikebunnya, dan majikanku juga telah mengasah goloknya
untuk memotongmu besok. Aku saja yang sudah bertahun-tahun menemaninya disini
tak pernah diajaknya kekota, apa lagi kamu, pencuri”.
Kancil yang sudah merasa berhasil
menarik perhatian sang Anjing semakin
percaya diri dalam merekayasa kebohongannya. “justru karena aku telah
mencuri timun milik majikanmu itulah, aku diajaknya kekota. Sebagai penebus
rasa bersalahku, aku akan menunjukkan tempat penjualan bibit timun yang
terbaik. Pak tani mengasah goloknya karena golok tersebut akan dibawanya kekota,
untuk berjaga-jaga kalau-kalau kami akan menemui rintangan sepanjang
perjalanan”.
Sepertinya apa yang diharapkan oleh Kancil
menjadi kenyataan. Anjing yang menjaganya, sudah mulai percaya dengan apa yang
diceritakan. Maka kebohongannya semakin menjadi-jadi. “apakah kau lupa, ketika
baru saja aku sampai disini pak tani langsung memandikanku? Itu adalah pertanda
bahwa dia menyayangiku. Dan dia juga berpesan padamu agar menjagaku dengan
baik, itu juga merupakan bukti bahwa dia tidak mau kehilangan aku.”
Penjelasan dari si kancil yang nampak
sangat meyakinkan dan masuk akal tersebut tentu saja membuat sang Anjing
sedikit banyak percaya pada bualan Kancil. Nampak dari raut wajah sang Anjing
yang mulai bimbang dan ragu. Melihat kondisi yang menguntungkan tersebut, si Kancil
bertanya pada sang Anjing “benarkah kau belum pernah melihat kota?”
Sang Anjing yang sudah mulai terlanjur
percaya pada Kancilpun menjawab dengan jujur “belum. Sebenarnya aku ingin
sekali melihat kota. Namun majikanku tak pernah mengajakku karena aku harus
menjaga rumah.”
“kasihan sekali dirimu. Kau adalah
hewan paling setia yang pernah aku temui. Tapi aku heran mengapa pak tani
begitu kejam hingga tak pernah mengajakmu pergi kekota.” Jawab kancil.
Termakan omongan Kancil, sang Anjing
nampak semakin bimbang dan ragu. “ya kau benar! Tapi apa yang bisa aku lakukan.
Berkali-kali aku memintanya untuk mengajakku kekota, namun jawabannya selalu
sama. Kalau aku ikut dia kekota, siapa yang akan menjaga rumah.”
“ingin rasanya aku menolongmu, namun
aku takut kalau-kalau aku dikira ingkar janji pada pak tani.” Jawab kancil
dengan pura-pura bingung dan penuh rasa bersalah.
Mendengar jawaban kancil yang
sepertinya penuh dengan ketulusan dan kejujuran, sang anjing pun terpancing
untuk terus bertanya, “benarkah kau bisa menolongku?”
“tidak kawan, aku tidak bisa
menolongmu. Aku terlanjur berjanji pada pak tani untuk menebus semua salahku
dengan jalan menemaninya kekota”.
“bukankah tadi kau mengatakan ingin
menolongku?” tanya sang Anjing.
“ya, aku memang ingin menolongmu,
namun kau juga tidak tahu dimana tempat penjual bibit timun terbaik dikota?
Jadi percuma saja aku menolongmu.”
Setelah berkata demikian si Kancil
merebahkan dirinya seolah-olah tidak peduli dengan kepedihan sang Anjing. Dan hewan
penjaga itupun semakin semakin pedih karena Kancil sepertinya tak mampu
menolong. Keduanya saling terdiam beberapa saat lamanya.
Malam semakin hening dan senyap ketika
tiba-tiba suara sang Kancil memecahkannya. “aku bisa menolongmu teman, aku
punya ide. Tapi..... ah tidak, aku tak mau menyusahkanmu.” Sang Anjing yang
dari tadi lunglai karena keinginannya untuk dapat melihat kota sepertinya sudah
tidak akan mungkin terwujud, mendengar ucapan Kancil barusan menjadi
bersemangat kembali.
“benarkah kau punya ide untuk
mewujudkan keinginanku agar bisa pergi kekota? Tidak apa-apa, asalkan aku dapat
pergi kekota aku tidak akan merasa disusahkan. Apa yang harus aku lakukan?”
Kancil sudah merasa amat sangat yakin
kalau rencanaya pasti akan berhasil makin percaya diri dengan keadaan tersebut.
“baiklah kalau tidak menyusahkanmu.
Aku rasa kau tidak mengetahui dimana tempatnya orang yang menjual bibit timun
tersebut. Makanya aku akan menggambar sebuah peta sebagai petunjuk jalanmu.”
“baiklah aku setuju dengan usulmu.
Dimana kau akan menggambarnya?” tanya sang anjing.
“tunggu dulu, jangan terlalu senang.
Karena setelah itu masaih ada satu masalah lagi.”
Sang anjing terperanjat “masalah apa
lagi?”
“bagaimana cara kita untuk meyakinkan
pak tani agar kau bisa menggantikan posisiku?”
Semangat yang terpancar dari mata sang
anjing yang sempat berkobar kembali meredup setelah mendengar kata-kata si
kancil. Benar juga apa yang dikatan kancil. Ia bisa saja menggantikan posisi
kancil yang tahu tempat dijualnya bibit timun terbaik, namun tidak mungkin ia
bisa menggantikan posisi Kancil karena perbedaan diantara keduanya sangatlah
berbeda.
Kancil tentu sangatlah paham dengan
apa yang sedang dialami Anjing, dan kesempatan seperti inilah yang
ditunggu-tunggunya.
“oh iya, aku ingat sekarang. Pak tani
mengajakku pergi kekota pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit. Jadi dia
tidak akan dapat membedakan siapa yang sebenarnya diajaknya pergi kekota karena
hari masih gelap.”
Sang anjing sangat gembira mendengar
ide dari si Kancil. “apa yang harus aku lakukan?”
“keluarkan aku dari sini, aku akan
menggambar peta tempat dijualnya bibit timun terbaik. Setelah itu, kamu
menggantikan posisiku didalam dan aku yang akan menjagamu.”
Tanpa banyak basa-basi, sang Anjingpun
membuka pintu kerangkeng dan Kancil buru-buru keluar. Kancil sudah berjanji
akan menggambar sebuah peta yang berisikan rute perjalanan dari desa pak tani
menuju kota, dan juga tempat dijualnya bibit timun segera menepati janjinya.
Dengan serius ia menggambar peta tersebut ditanah tempatnya berpijak, demikian
juga dengan sang Anjing yang terlihat amat seksama memperhatikan peta yang
digambar Kancil. Tak beberapa lama kemudian, Kancil menyelesaikan peta
tersebut.
“kawan, rasanya ini sudah lewat tengah
malam. Menurutku tidak lama lagi, pak tani akan keluar dan segera mengajakku
kekota. Sebaiknya kau masuklah kekandang dan aku yang akan menjagamu diluar.”
Anjing segera masuk kedalam kerangkeng
dan Kancil menutup pintu kerangkeng untuk kemudian menguncinya. Keduanya nampak
sama-sama bahagia. Sang Anjing akan segera pergi kekota bersama majikannya,
sementara itu si Kancil berhasil meloloskan diri dari maut. Lama keduanya
saling diam dan terbuai khayalan masing-masing. Tiba-tiba si Kancil memegang
perutnya dan mengeluarkan suara mengaduh. Anjing yang merasa telah berhutang
budi pada kancil terlihat khawatir dengan apa yang menimpa sahabat barunya.
“apa yang terjadi denganmu kawan? Ada
apa dengan perutmu?” demikian tanya sang anjing penuh khawatir.
Kancil tetap memegang perutnya dan
nampak sangat kesakitan. “perutku sakit, tahukah kau dimana aku bisa menemukan
tempat untuk buang air besar?”
“tentu saja aku tahu” jawab sang Anjing.
“tempatnya ada dibelakang dumah pak tani, sudah hampir masuk kedalam hutan.
Lebih baik engkau keluarkan aku, aku akan memapahmu berjalan sampai kesana.”
“tidak perlu kawan, rasanya aku masih
kuat berjalan sendiri. Kau tunggulah disini. Sebentar lagi aku akan kembali.”
Tanpa menunggu jawaban sang Anjing, si
Kancilpun melangkahkan kakinya pergi kearah hutan untuk buang air besar. Ia
berjalan dengan tertatih-tatih sampai hilang dari panglihatan Anjing karena
gelapnya malam. Setelah merasa yakin bahwa Anjing penjaga tidak melihatnya
lagi, si Kancilpun berlari secepatnya masuk kedalam hutan sambil tertawa penuh
suka dan ejekan kepada sang Anjing. “dasar penjaga tolol” demikian ucapnya
dalam hati.
Kembali kepada Anjing yang sekarang
terkkurung dalam kerangkeng. Ia masih saja terus-menerus mengkhawatirkan
keadaan si Kancil yang sudah pergi cukup lama belum kembali. Ia berpikir bahwa
Kancil pasti tersesat hingga masuk kedalam hutan dan tidak bisa kembali. Karena
kekhawatiran yang dirasakan sang anjing ia tertidur dan tidak menyadari bahwa
pagi telah datang.
Ayam jantan mulai berkok dan langit
menjadi terang. Pak tani bangun dari tidurnya. Ia merasa ada hal yang tidak
berjalan seperti biasanya. Setiap pagi tiba, biasanya Anjingnya selalu
menggonggong untuk membangunkannya ataupun hanya sekedar memberi pertanda bahwa
pagi telah tiba. Kemudian ia teringat bahwa pagi ini ia berncana untuk
memmotong Kancil dan memanggangnya. Kemudian ia mengambil golok yang sudah
diasahnya kemarin dan buru-buru menuju kerangkeng tempat ia mengurung si Kancil.
Betapa terkejutnya ia ketika mengetahu bahwa sekarang yang berada dalam
kerangkeng adalah Anjing miliknya yang disuruh untuk menjaga Kancil. Segera ia
membentak sang Anjing agar segera bangun. Hewan tersebut langsung terbangun
dengan wajah yang berseri-seri dan bertanya “kita berangkat sekarang tuan?”
Pak tani yang masih terkejut
menyaksikan apa yang dilihatnya balik bertanya. “berangkat kemana? Hari ini
kita tidak kekebun.”
“bukannya tuan hari ini akan pergi
kekota untuk membeli bibit timun baru yang dirusak oleh Kancil kemarin?”
demikian sang anjing melanjutkan pertanyaannya.
“siapa yang mengatakan itu padamu? Dan
sekarang dimana si Kancil?” pak tani balik bertanya.
“si kKncil yang menceritakan ini pada
saya. Dan keberadaanya sekarang saya tidak tahu. Mungkin ia tersesat kedalam
hutan.” Anjing kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya dengan si Kancil
semalam secara runtut tanpa ada satupun yang terlewatkan. Pak tani juga
mendengarkannya dengan penuh perhatian. Setelah selesai mendengarkan cerita Anjing
peliharaanya, pak tani terawa terbahak-bahak, dan tentu saja membuat sang
anjing kebingungan.
“kenapa anda tertawa tuan?” tanya sang
anjing.
“tentu saja aku mentertawakan
kebodohanmu yang ternyata masih bisa ditipu oleh si Kancil.” Jawab pak tani
sambil terus tertawa.
“tertipu? Maksud tuan?’ sang anjing
kembali bertanya keheranan. Pak tani menjelaskan bahwa sebenarnya ia ingin
memotong si Kancil sebagai lauk makan mereka berdua hari ini, namun karena
ternyata si Kancil berhasil lolos maka hari ini pak tani harus kembali mencari
lauk dikebun dengan sebelumnya membebaskan sang Anjing dari dalam kerangkeng.
Akhirnya mereka berdua berangkat ke kebun. Anjing nampak sangat terpukul,
karena kebodohannya ia gagal menyantap kancil panggang hari ini. Dan pak
tanipun masih tidak bisa menahan senyum karena tak habis pikir bahwa Anjingnya
masih bisa ditipu oleh si Kancil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar