Kamis, 24 Mei 2012

Dongeng Kerbau dan Buaya


KERBAU DAN BUAYA

Musim penghujan benar-benar telah datang. Sudah beberapa hari terakhir hujan terus menerus mengguyur tanpa pernah berhenti. Hampir semua hewan-hewan penghuni hutan menjadi susah karena keadaan tersebut. Burung-burung tidak berani keluar dari sarangnya untuk terbang mencari makan. Kawanan Kera yang biasanya bergelantungan dan berlompatan dari satu dahan pohon kepohon lainnya lebih memilih untuk berlindung dari dinginnya guyuran air hujan. Demikian halnnya dengan hewan-hewan lainnya yang lebih memilih untuk berdiam diri ditempat perlindungannya.
Hujan yang terus-menerus juga menyebabkan sungai-sungai disekitar hutan meluap. Air sungai yang semula jernih kini berubah menjadi keruh kecoklatan serta alirannya yang semula tenang, sekarang menjadi deras dan berbahaya. Tidak sedikit penghuni sungai yang bertubuh kecil akhirnya hanyut terbawa air karena tidak mampu berenang mempertahankan diri. Sementara hewan sungai yang bertubah besar dan kuat, lebih memilih untuk berada ditepi sungai dimana arus air tidak begitu deras.
Buaya, sang raja disungai juga lebih memilih untuk berada ditepi guna menghindari arus ditengah sungai yang sangat deras. Buaya besar ini terus mencari tempat yang dirasa aman olehnya. Ia terus berjalan hingga tanpa sadar ia sudah terlalu jauh meninggalkan sungai masuk kekawasan hutan. Cukup lama berjalan, akhirnya Buaya ini berhenti di bawah sebatang pohon tua. Buaya yang merasa lelah karena baru saja berjalan jauh ini kemudian tertidur dengan lelap.
Baru sesaat sang Buaya tertidur, hujan deras tiba-tiba reda digantikan oleh tiupan angin kencang. Pucuk-pucuk pohon yang tinggi bergoyang karena tertiup angin. Daun-daun kering disetipa ranting pohon mulai berguguran karena tidak mampu menahan laju dari udara yang kuat. Semakin lama angin berhembus semakin kuat mulai mematahkan dahan dan cabang-cabang bahkan tidak sedikit dari pohon-pohon yang juga turut roboh. Suara gemuruh yang disebabkan oleh tumbanya pepohonan menghiasi seluruh hutan.
Namun kebisingan yang ditimbulkan tidak cukup untuk membangunkan Buaya yang tengah tertidur dengan pulas. sang Buaya besar ini baru terbangun ketika pohon tua yang menjadi tempat berlindung roboh dan menimpa tubuhnya. Ia sangat kaget karena tiba-tiba merasa ada sebuah beban yang sangat berat berada dipunggungnya. Sekuat tenaga sang Buaya berusaha melepaskan diri dari pohon yang menghimpitnya tapi usahanya tetap sia-sia karena pohon itu terlampau besar dan berat. Buaya yang terjebak ini sekarang hanya mampu berteriak meminta tolong dan berharap ada yang bisa membantunya melepaskan diri.
Tiupan angin topan yang melanda hutan akhirnya berhenti. Matahari juga mulai terlihat sudah condong kebarat menadakan hari telah senja. Burung-burung yang semula hanya berdiam diri disarangnya kini mulai keluar dan berkicau riang. Riuh rendah suara patahnya ranting dan tumbangnya pepohonan berganti dengan nyanyian merdu burung-burung penghuni hutan. Warga hutan yang semula takut, kini mulai berani keluar untuk mencari makan. Dari kejauhan terlihat seekor Kerbau yang berjalan kearah sungai untuk mencari rumput yang biasanya banyak ditemuinya tumbuh disekitar sungai.
Ia berjalan sendirian melalui jalan yang tidak jauh dari tempat Buaya terjepit batang pohon besar.dari temptanya berjalan, Kerbau kekar ini mendengar sayup-sayup suara rintihan minta tolong yang berasal tidak jauh darinya. Suara rintihan itu menuntun sang Kerbau untuk mendekatinya.
“Kerbau, kumohon tolong aku dari jepitan kayu besar ini.” Buaya memohon sambil terus merintih kesakitan karena terjepit kayu.
Sang Kerbau yang melihat Buaya tengah kesakitan dan butuh pertolongan merasa kasihan. Namun keinginannya untuk menolong Buaya malang itu terhenti ketika ketakutannya kalau-kalau Buaya itu akan memakannya setelah berhasil lolos dari himpitan kayu.
“Untuk apa aku menolongmu? Bukankah kau selalu menjadikan teman-temanku sebagai makananmu? Dan jika kau berhasil kutolong tentulah kau akan memakanku juga.”
“Tidak Kerbau, aku bukanlah hewan yang tidak tahu balas budi. Jika kau menolongku aku berjanji tidak akan memakanmu dan juga teman-temanmu.”
Buaya terus merintih kesakitan, rintihan inilah yang menjadikan Kerbau kasihan kepadanya.
“Apakah kau akan menepati janjimu jika aku menolongmu?”
“Benar Kerbau, kau bisa memegang kata-kataku. Aku tidak akan memangsamu dan seluruh kerbau-kerbau lainnya. Tolonglah, aku sangat kesakitan disini.”
“Baiklah Buaya, aku percaya padamu.”
Lalu Kerbau mendekati Buaya dan pohon yang menghimpitnya. Dengan tanduk dan kekuatan besar yang dimilikinya, ia mengangkat batang pohon besar yang menimpa Buaya. Dengan dibantu oleh Kerbau, akhirnya Buaya malang itu terbebas dari jepitan kayu besar yang menindihnya. Tapi persoalan yang dihadapi oleh Buaya tidak berhenti sampai disitu, sekarang punggungnya terasa sangat sakit sehingga ia tidak bisa berjalan kembali kesungai.
“Kerbau, tolonglah aku sekali lagi. Karena terjepit oleh kayu itu, tulang dipunggungku serasa patah dan aku tidak bisa berjalan untuk kembali kesungai.”
“Mengantarkanmu? Bagaimana caranya?”
“Engkau hewan yang sangat kuat Kerbau. Kau mampu mengangkat batang kayu yang besar itu, tentulah bukan sebuah kesulitan bagimu untuk menggendongku sampai kesungai.”
“Kasihan sekali kau Buaya, baiklah aku akan menggendongmu.”
Lalu Kerbau menundukkan badannya supaya Buaya dapat dengan mudah naik keatas punggungnya. Dengan kesakitan dan sisa tenaga yang dipunyai Buaya berusaha naik kepunggung Kerbau yang baik hati itu. Buaya berpegangan erat dipunuk Kerbau agar tidak jatuh begitu sang Kerbau mulai berjalan. Melihat punuk Kerbau yang besar dan penuh daging itu timbullah niat jahat dari Buaya. Ia ingin memakan punuk itu karena sang Buaya sadar, dengan keadaannya sekarang ini ia tidak akan bisa leluasa mencari makan.
“Kerbau kau sangat baik hati telah menolongku dari himpitan kayu dan sekarang kau bersedia mengantarkan aku kesungai. Maukah kau memberikan sesuatu milikmu untuk menolongku sekali lagi?”
“Aku menolongmu karena kau memang sedang membutuhkan pertolongan. Selain itu, kau juga berjanji tidak akan memakan aku dan teman-temanku. Apa lagi yang kau inginkan dariku Buaya?”
“Sekarang aku sangat lapar Kerbau. Bolehkah aku memakan punukmu ini?”
Permintaan dari Buaya kali ini tentu saja langsung ditolak oleh Kerbau, sementara sang Buaya culas ini terus menerus meminta Kerbau untuk memberikan punuknya sebagai makanannya. Pertengkaran hebat anatara merekapun terjadi. Kerbau meminta Buaya untuk turun dari punggungnya atau ia akan menghempaskan Buaya kuat-kuat. Namun sang Buaya tetap tidak mau turun bahkan ia mencengkeran kuat-kuat punuk Kerbau hingga terluka dan berdarah sehingga niat Kerbau untuk menghempaskan Buaya culas itu batal terlaksana.
“Aku hanya menginginkan punukmu, bukan ingin memakanmu.”
“Tapi itu sama saja menyakitiku. Kau sungguh tidak tahu balas budi Buaya. Aku telah menolongmu tapi sekarang kau malah ingin memakan punukku. Sekarang turun dari punggungku” Bentak Kerbau.
“Aku tidak akan turun sebelum engkau mau memberikan punukmu sebagai makananku. Kalau kau tetap tidak mau memberikannya, aku akan memakanmu.”
Pertengkaran antara mereka berduapun terjadi semakin hebat. Kerbau dan Buaya sama-sama tidak mau mengalah dan merasa bahwa merekalah yang paling benar. Kerbau yang kesakitan karena cengkraman kuku Buaya dipunuknya berjalan semakin cepat kearah sungai. Buaya yang takut kalau-kalau Kerbau akan menghempaskannya juga mencengkeram semakin kuat.
Dari kejauhan, Buaya dan Kerbau melihat Kancil yang sedang berjalan kearah mereka. Kancil sendiri kebetulan lewat tempat itu karena hendak mengikuti pertemuan warga hutan yang diadakan sang Harimau. Melihat kedatang hewan cerdik ini, Kerbau mengusulkan pada Buaya untuk meminta pendapat dari Kancil tentang cara penyelesaian dari pertengkaran diantaranya.
“Kancil terkenal sebagai hewan yang cerdik, tentulah ia bisa membantu kita untuk memutuskan mana yang terbaik.”
“Aku setuju dengan apa usulmu Kerbau. Kau memang telah menolongku, tapi tanpa makan aku juga akan mati. Aku telah berjanji untuk tidak memakanmu, maka dari itu aku hanya menginginkan punukmu ini. Kalau begitu mari kita tanyakan masalah ini kepada Kancil.”
Dengan menggendong Buaya, Kerbau mendatangi Kancil dengan maksud ingin mendengar pendapat Kancil tentang penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.
“Berhenti sebentar Cil, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Kata Kerbau setelah berada didekat Kancil.
Kancil tentu saja terheran-heran melihat ada seekor Buaya besar dipunggung Kerbau yang memanggilnya itu.
“Ada apa Kerbau? Dan mengapa ada seekor Buaya dipunggungmu?”
“Justru karena itulah aku ingin meminta pendapatmu.”
“Pendapatku?”
Kerbau dan Buaya secara bergantian lantas menjelaskan duduk permasalah yang sedang mereka hadapi. Secara rinci, kedua hewan yang tengah bertengkar itu menceritakan dari awal, bagaimana Buaya bisa berada di gendongan Kerbau sekarang ini. Tidak lupa Kerbau juga mengatakan bahwa sekarang ini Buaya ingin memakan punuknya, dan kalau ia tidak mau memberikan punuk itu maka sang buaya akan memakan seluruh tubuh dari Kerbau.
“Bagaimana menurutmu Cil? Apakah aku harus menyerahkan punukku atau Buaya yang seharusnya turun dari gendonganku?” Tanya Kerbau setelah mengakhiri penjelasannya.
“Memang sulit untuk memutuskan masalah yang sedang kalian hadapi. Disatu sisi, engkau telah menolong Buaya. Tapi disisi lain, Buaya juga membutuh makanan sedangkan sekarang ini ia tengah terluka dan itu akan menyulitkannya untuk mencari makan.”
“Kau adalah hewan yang banyak akal Cil. Dulu kau pernah membohongi aku dan teman-temanku untuk menyebarangi sungai. Dan aku rasa sekarang ini kau tentu punya ide untuk menyelesaikan masalah diantara kami.” Ujar Buaya.
Kancil termenung sesaat memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah diantara kedua hewan tersebut. Akhirnya ia menemukan ide untuk membantu Kerbau lolos dari cengkeraman Buaya culas tersebut.
“Sepertinya aku tidak bisa menolong. Masalah yang kalian hadapi sangtlah rumit. Ini menyangkut hidup dan mati. Mungkin aku bisa membantu kalian jika saja melihat secara langusung apa yang terjadi diantara kalian.”
“Maksudmu apa Cil?” Tanya Buaya.
“Aku akan membantu menyelesaikan masalah kalian berdua asalkan kalian mau menunjukkan awal kejadiannya padaku.”
“Baiklah kalau begitu. Aku akan membawamu ketempat dimana pohon itu tumbang. Mari ikuti aku Cil.”
Kerbau dengan menggendong Buaya berjalan didepan sementara Kancil mengikutinya dari belakang. Tidak lama kemudian mereka bertiga sampai ditempat pohon tumbang yang menjepit Buaya.
“Sekarang tunjukkan padaku bagaiman keadaan Buaya ketika terjepit batang pohon lalu engkau kemudian datang untuk menolongnya.” Perintah Kancil kepada Kerbau.
Kerbau dan Buaya menuruti saja apa yang diperintahkan oleh Kancil. Kemudian Kerbau meminta Buaya turun dari gendongannya dan menempati posisi dimana ia semula terjepit oleh batang pohon. Setelah Buaya berada diposisinya maka Kerbau kembali mengangkat batang pohon besar tersebut dengan tanduknya untuk menindih tubuh sang Buaya culas itu.
“Sekarang tunjukkan padaku darimana engkau datang dan bagaimana engkau bisa menolong Buaya ini.” Perintah selanjutnya dari Kancil kepada Kerbau.
Tanpa menolak sedikitpun, Kerbau lantas menunjukan jalan yang semula dilaluinya untuk mencari makan hingga akhirnya melihat Buaya yang sedang kesakitan karena terjepit kayu besar.
“Sekarang aku benar-benar sudah paham dengan kejadian yang menimpa kalian berdua.”
“Kau bisa membantu kami untuk menyelesaikannya Cil? Bagaimana? Kerbau, ayo segera bebaskan aku lagi” Buaya berkata dengan kesakitan karena kembali terjepit batang pohon.
Kerbau berjalan hendak mengangkat batang pohon yang menimpa Buaya, namun Kancil menghentikan niatnya.
“Untuk apa kau kembali menolongnya? Buaya itu pasti akan memakan punukmu kalau kali ini kau membebaskannya kembali. Sudah, lebih baik kita tinggalkan saja dia dan biarkan Buaya tetap seperti itu sampai ada yang mau menolongnya.
“Kurang ajar kau Cil, kau membohongi aku lagi.” Teriak Buaya marah.
“Kali ini aku tidak berbohong padamu, itu adalah hukuman setimpal yang harus kau terima karena tidak tahu balas budi. Kerbau, ayo kita pergi sekarang. Hari sudah hampir malam.”
“Terimakasih Cil, kau telah menolongku.”
Si Kancil dan Kerbau lalu pergi meninggalkan Buaya yang terus berteriak marah karena merasa telah kembali ditipu. Tapi kemarahan Buaya ini tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya yang harus kembali terjepit oleh sebatang pohon besar. Sementara itu si Kancil dan Kerbau telah hilang dari pandangan matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar