MERPATI DAN SEMUT
Siang itu langit kembali mendung. Awan
hitam terlihat tebal menyelimuti langit yang semula cerah. Seolah tidak peduli
dengan keadaan alam yang tengah terjadi, Kancil terus berjalan sambil
menundukkan muka karena malu dengan kekalahan yang diterminanya ketika berlomba
lari dengan Keong tempo hari. Ia tak pernah berhenti memikirkan bagaimana cara
Keong untuk mengalahkannya.
“Aku telah berhasil mengalahkan hewan
buas dan lebih kuat dariku, tapi aku dikalahkan oleh Keong ini sungguh
memalukan.”
Terus berpikir dengan kekalahannya
tempo hari, tanpa sadar Kancil telah keluar dari hutan. Sekarang ini ia berada
di pinggiran sebuah telaga cukup besar yang sebenarnya terletak tidak begitu
jauh dari ladang milik Pak Tani. Ditempat itulah Kancil memilih berhenti untuk
beristirahat karena hujan rintik-rintik juga sudah mulai turun.
Bersandar pada sebuah batu besar
dipinggir telaga, ia merebahkan badan sambil merenungi apa yang sudah menimpa
dirinya. Semua dialaminya dalam beberapa waktu belakangan tergambar jelas dalam
ingatanya. Namun yang paling mengganjal tentulah kekalahannya dari Keong.
Ditempat itu pula Kancil teringat akan nasehat terakhir Keong yang diberikan
kepadanya.
Kemenangan yang diraihnya dari Kera,
Harimau dan Buaya memang telah menjadikannya lupa diri dan merasa bahwa dialah
yang paling hebat hingga menyepelekan Keong yang kemudian berhasil
mengalahkannya dalam perlombaan lari tempo hari.
“Apa yang telah dikatakan Keong padaku
memang benar adanya. Aku terlalu sombong hingga lupa diri.”
Kancil terus merenungi semua yang
sudah menimpanya. Ia merasa sangat bersalah atas kesombongannya terhadap Keong.
Ingin ia meminta maaf karena telah menghina dan menyiksanya. Selain kepada
Keong, Kancil juga merasa bersalah kepada Kera, Harimau, dan Buaya karena telah
menipunya.
“Jangan-jangan Harimau itu mati karena
lidahnya terjepit bambu. Jika dia mati siapa yang memimpin hutan ini?” Pikir
Kancil.
Rasa bersalah dan lamunan Kancil
tiba-tiba berhenti ketika Merpati hulubalang raja tiba-tiba hinggap diatas batu
tempatnya bersandar. Kancil merasa ketakutan setengah mati melihat sang
Merpati. Pasti Merpati ini ditugaskan oleh sang raja untuk mencarinya, demikian
pikir Kancil.
“Kebetulan sekali aku bertemu engkau
disini Cil.”
“Engkau mencariku? Ada apa gerangan?”
“Aku mencari semua warga hutan untuk
menyampaikan undangan dari sang raja. Beliau meminta semuanya berkumpul.”
“Sang raja kembali mengumpulkan semua
warganya?”
“Iya Cil, paduka raja ingin
mengumumkan bahwa kekuasaan hutan ini telah kembali kepadanya setelah kematian
sang Gajah beberapa waktu lalu.”
Kancil terperangah mendengar berita
tentang kematian Gajah yang gagah perkasa.
“Gajah telah meninggal? Bagaiamana
bisa? Apakah ia mati ditangan para pemburu?”
“Bukan, sang Gajah mati karena ribuan
Semut telah mengeroyoknya.”
Kancil seolah tidak percaya dengan apa
yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa Semut membunuh Gajah? Merpati yang
melihat ketidakpercayaan Kancil kemudian menceritakan kejadian bagaimana
kesombongan Gajah setelah memegang tampuk kekuasaan dan bertindak semaunya.
Karena kecongkakan Gajah itulah ia kemudian bertindak lalai dan menindas para
Semut yang dikiranya hewan kecil dan lemah. Tapi ternyat ia salah, karena pada
akhirnya seluruh semut bersatu dan berhasil mengalahkan Gajah secara bersama-sama.
“Maka dari itu Cil, jangan
mentang-mentang kita kuat maka kita berbuat lalai kepada yang lemah.” Nasehat
Merpati pada Kancil.
“Benar sekali apa yang kau katakan.
Pada akhirnya kesombongan akan mencelakakan diri kita. Tapi mengapa engkau bisa
sampai kesini? Bukankah ini sudah tidak termasuk wilayah hutan?”
“Setiap aku mendapat dari sang raja
untuk memanggil warganya, aku selalu mampir kesini. Disini merupakan tempat
yagn sangat bersejarah bagiku Cil.”
“Kenapa?”
“Dulu aku pernah hampir saja tewas
ditangan seorang pemburu disini kalau saja tidak ada Semut yang menolongku.”
Merpati menatap kosong ketengah
telaga. Ia teringat akan pengalaman yang beberapa waktu lalu menimpanya
ditempat yang sama.
“Waktu itu, hujan juga turun seperti
ini Cil.” Merpati mengawali ceritanya.
Karena hujan yang mulai turun, Merpati
memutuskan berhenti untuk mencari tempat perlindungan. Dipilihnya sebatang
pohon berdaun lebat yang kiranya dapat dijadikan tempat berteduh. Hujan gerimis
turun semakin besar, tatkala Merpati mendengar sayup-sayup teriakan meminta
tolong. Ia berusaha mencari siapa yang berteriak membutuhkan pertolongan itu.
Tapi matanya yang memang tidak setajam Elang, tidak bisa menemukan siapa yang
berteriak itu.
“Tolong, aku tidak bisa berenang.”
Teriakan itu kembali terdengar oleh
Merpati. Karena rasa kasihan dan penasaran, ia kemudian turun dari dahan pohon
menuju sebuah batu yang berada dipinggiran telaga. Disitu ia memasang telinga
dan matanya baik-baik.
“Tolong, aku mohon, aku tidak bisa
berenang.”
Sekali lagi teriakan itu terdengar.
Ternyata suara itu berasal dari tengah telaga jernih didepannya. Sang Merpati
kemudian terbang ketengah telaga untuk melihat siapa yang sedang membutuhkan
pertolongan. Ditengah telaga, terlihat olehnya seekor Semut yang sedang terombang-ambing
berusaha untuk menepi. Namun karena ia tidak bisa berenang arus air membawanya
kembali ketengah telaga.
“Merpati tolong aku, kumohon.” Pinta
Semut yang sedang kesusahan tersebut.
“Tunggu disini teman, aku akan segera
kembali untuk membantu menolongmu.”
Merpati langsung terbang kearah pohon
tempatnya semula berteduh. Dengan paruhnya ia memtuk sebuah daun yang sudah
hampir kering yang kemudian dibawanya terbang kembali ketengah telaga. Merpati
terbang dengan rendah agar dapat melihat secara jelas keberadaan Semut malang
itu. Tepat berada diatas si Semut, Merpati melepaskan daun yang ada diparuhnya.
“Berusahalah untuk naik kedaun itu,
angin akan membawamu kepinggir telaga.” Merpati mengarahkan.
Semut dengan sekuat tenaga berusaha
berenang untuk menggapai daun yang tidak jauh darinya. Akhirnya dengan usaha
yang pantang menyerah, Semut berhasil menggapai daun yang akan menjadi
perahunya. Angin yang tidak begitu kencang membawa daun kepinggir telaga.
Merpati yang sedari tadi mengawasi, terbang mendekati daun yang mengangkut sang
Semut.
“Ayo cepat naik kesini.” Perintah
Merpati pada Semut ketika melihatnya sudah benar-benar merapat ditepi telaga.
Dengan sisa-sisa tenaga yang
dimilikinya, Semut merayap untuk mendaki tebing telaga yang agak licin karena
gerimis. Namun keinginan untuk terus bertahan hidup mebuat semangat dan
tenaganya kembali pulih. Dan dengan waktu yang tidak begitu lama, sampailah
Semut ketempat yang benar-benar aman.
“Terimakasih sekali Merpati. Kau telah
menyelamatkan aku. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas semua ini.”
“Kau tak perlu berterimakasih teman,
siapaun pasti akan melakukan hal yang sama seperti apa yang telah aku lakukan.
Bagaimana engkau bisa jatuh dan hampir tenggelam ketelaga?”
“Tapi kalau kau tidak ada, aku tidak
akan mungkin dapat selamat dan kembali kepada keluargaku. Aku kurang hati-hati
ketika berjalan kepinggir telaga, maka dari itu aku terperosok dan jatuh
kedalamnya.”
Gerimis turun semakin besar hingga
mengakibatkan bulu-bulu sang Merpati mulai nampak basah.
“Maafkan aku teman, aku harus kembali
berteduh. Kalau seluruh badanku basah, akan sulit bagiku untuk bisa kembali
terbang.”
“Baiklah teman, sekali lagi aku
mengucapkan terimakasihku padamu. Aku juga harus segera pulang karena
keluargaku pasti telah cemas menunggu kepulanganku. Sampai jumpa lagi teman.”
Kedua sahabat baru itu kemudian
berpisah, Merpati kembali ketempatnya berteduh semula dan Semut berjalan
menyusuri telaga untuk pulang kesarangnya. Semut kini berjalan dengan lebih hati-hati
supaya ia tidak terpeleset dan jatuh kedalam telaga lagi. Dalam perjalanan
pulang kesarangnya itulah, sang Semut melihat ada seorang pemburu yang tengah
mengarahkan senapannya kearah Merpati yang tengah berlindung di dahan pohon.
Menyadari bahaya yang mengancam
Merpati penolongnya itu, ia mempercepat langkah agar bisa segera sampai sedekat
mungkin dengan sang pemburu yang bersiap-siap melepaskan tembakan. Pemburu
telah mengarahkan senapannya tepat kebadan Merpati dan jari telunjuknyapun
sudah menyentuh pelatuk senapan. Tidak membuang waktu, Semut langsung menggigit
kuat-kuat kaki pemburu jahat itu. Karena kaget, pemburu menarik pelatuk senapan
yang semula sudah tepat mengarah ketubuh Merpati menjadi melenceng jauh.
Suara keras yang ditimbulkan oleh
letupan senapan membuat sang Merpati sadar bahwa bahaya telah mengancam. Namun
karena kepanikan yang melanda, ia justru malah terbang kearah sang pemburu yang
terus menggerutu dan menggaruk-garuk kakinya karena gigitian dari sang Semut.
“Dasar Semut kurang ajar. Dimana kamu?
Awas kalau nanti ketemu.” Gerutu sang pemburu.
Rupanya ucapan pemburu ini didengar
oleh Merpati yang terbang diatasnya. Sang merpati kini tahu bahwa bidikan
senapan dari pemburu itu meleset karena Semut telah menggigit kakinya. Dalam
hati, Merpati mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya pada Semut yang sudah
menolongnya itu.
Pemburu yang kecewa karena tidak
mendapatkan buruannya kemudian pergi meninggalkan telaga untuk pulang
kerumahnya. Merpati yang terus terbang tinggi berputar-putar lalu turun ketika
melihat pemburu yang mengincarnya telah jauh meninggalkan tempat itu.
“Semut, dimana kamu?”
“Aku disini Merpati.”
Semut kecil itu kemudian berjalan
keluar dari balik daun-daun kering yang berserakan disekitan tempat itu ketika
mendengar merpati memanggilnya.
“Kau telah menyelamatkan nyawaku
Semut. Sepertinya tidak ada yang pantas untuk menggantikan jasamu padaku ini.”
“Tidak Merpati. Engkau juga telah
menyelamatkan aku yang hampir saja tenggelam di telaga. Kalau tidak ada engkau
akupun tidak akan bertemu pemburu yang hendak menembakmu itu karena aku sudah
tenggelam terlebih dahulu.”
“Semut, biar bagaimanapun kau telah
menyelamatkan aku. Aku tetap ingin mengucapkan terimaksihku yang
sebesar-besarnya padamu.
“Sama-sama Merpati, engkau juga telah
menolongku.”
“Akhirnya kami berdua berpisah
ditempat ini, Cil.” Kata Merpati mengahiri ceritanya.
“Sungguh mengharukan ceriamu Merpati.
Dan sungguh mulia hati kalian serta betapa indahnya hidup saling
tolong-menolong satu dengan lainnya.”
“Benar Cil. Maka dari itu, aku selalu
menyempatkan waktuku untuk mengunjungi tempat ini untuk mengenang kembali
kebaikan dari Semut yang menyelematkan aku dari pemburu itu.”
Hari sudah menjelang senja dan hujan
rintik-rintik sudah mulai reda.
“Sepertinya aku harus kembali kehutan
guna melaporkan hasil kerjaku kepada sang raja Cil. Aku tak mau kemalaman
dijalan dan sepertinya gerimis sudah mulai reda hingga aku tak perlu takut
untuk terbang.”
“Silahkan saja kalau kau ingin
melanjutkan perjalananmu kembali Merpati. Aku juga akan mencari tempat menginap
malam ini.”
“Baiklah kalau begitu, tapi aku harap
kau mau datang ketempat pertemuan yang diadakan oleh sang raja.”
“Aku pasti datang Merpati. Banyak hal
yang ingin aku sampaikan kepada sang raja disana.”
“Aku permisi dulu Cil.”
“Hati-hati Merpati, sampai jumpa lagi
di istana sang raja.”
Merpati kemudian terbang dan Kancil
sendiri juga meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat menginap yang bisa
melindunginya dari dinginnya malam dan hujan kalau seandainya saja kembali
turun malam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar