FERMENTASI
A.
PENDAHULUAN
Fermentasi merupakan proses
peruraian senyawa kimia komplek menjadi senyawa lebih
sederhana oleh aktivitas enzimatis jasad renik dalam kondisi anaerob.
Sebenarnya proses fermentasi merupakan peruraiàn gula (karbohidrat) dengan
hasil alcohol dan CO. Berdasarkan ada dan
tidaknya alcohol dalam produk, fermentasi dibedakan menjadi dua yaitu fermentasi
alcohol dan fermentasi non alcohol.
Proses fermentasi membawa dampak
pengawetan bahan pangan di samping meningkatkan mutunya. Makanan fermentasi
umumnya lebih tahan simpan. Mutu pangan fermentasi lebih uiiggul dalam artian
komposisinya lebih sederhana sehingga mudah dicerna, disamping senyawa baru
yang ikut nienentukan flavour pangan.
B. TUJUAN :
Kegiatan
praktikum ini bertujuan untuk mengenal produk fermentasi
C.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Dalam pokok bahasan fermentasi, kami melakukan
3 percobaan, yaitu :
-
Fermentasi
alkohol
-
Fermentasi
asinan sayur
-
Fermentasi
Nata de Coco
FERMENTASI ALKOHOL
Ø Bahan-bahan
1. Buah pisang
2 Gula pasir
3. Ragi
Ø Alat
1. 2 buah
botol yang telah steril
2. Sedotan
3. Alat
pemotong
4. Plastisin
5. Stereofom / gabus
Ø Cara kerja
1. Haluskanlah
buah pisang dengan cara diblender
2. Panaskan
ekstrak pisang pada suhu 63 °C selama 30 menit dan masukkan gula pasir
3. Masukkan
ekstrak pisang ke dalam botol dengan disaring terlebih dahulu dan tambahkan
ragi
4. Botol
yang lain isilah dengan air panas dan rangkailah dengan botol 1 seperti pada
gambar di bawah ini
5. Diperam
selama 5-7 hari dan amatilah terjadinya gelembung gas (C0
Ø Hasil Pengamatan
Mula – mula pada hari pertama
terdapat gelembung gas CO pada botol 1.
Setelah beberapa hari kemudian , gas COberpindah ke botol 2 yang berisi air. Pada hari ke 5 pada botol 1 terdapat endapan dan
botol 2 terdapat gas CO
FERMENTASI ASINAN SAYUR
Fermentasi
asinan sayur bertujuan untuk mengawetkan makanan sehingga memperpanjang umur
simpan bahan. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi ini adalah bakteri
pembentuk asam laktat , sehingga senyawa yang ada dalam bahan dasar sayuran
akan dirubah menjadi asam laktat. Dalam melakukan fermentasi asinan sayur yang
perlu diperhatikan adalah konsentrasi garam yang dipakai, yaitu fermentasi
dengan larutan garam rendah kira – kira 8 % atau 30 salinometer ( Sal ); dengan larutan garam
konsentrasi tinggi kira – kira 10,5 % atau 40 Sal ; atau dengan penambahan garam
kristal yaitu pada pembuatan sauerkraut ( Pederson , 1997 ). Selain konsentrasi
garam , kita juga harus memperhatikan lama fermentasi , dan flavor yang
dikehendaki dari fermentasi tersebut. Bahan harus dipilih yang segar , tidak
cacat , seragam , dan tidak berjamur. Komposisi kimia bahan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan , terutama kandungan gula. Kandungan gula dalam
bahan ini menentukan perlu tidaknya penambahan gula dari luar , karena gula
merupakan substrat utama fermentasi yng akan diubah menjadi asam laktat dan
senyawa – senyawa lain. Kandungan gula yang baik untuk fermentasi asam laktat
adalah 5 – 20 % ( Prescott dan Dunn , 1959 ). Untuk bahan yang kandungan
gulanya kurang dari 5 % perlu dilakukan penambahan gula sebesar kurang lebih 1
% ( Cruess , 1948 ).
Diagram alir pembuatan asinan
sayur :
a) Perlakuan pendahuluan
Perlakuan ini meliputi pemilihan bahan (
sortasi ) dan pencucian. Sortasi dimaksudkan untuk memisahkan bahan yang cacat
karena pertumbuhan mikroba atau kerusakan mekanis selama penanganan bahan.
Sedangkan pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang menempel serta
untuk mengurangi jumlah mikroba kontaminan. Untuk mencegah timbulnya jamur dan
kontaminan lainnya , sebelum difermentasi dapat dilakukan perendaman dalam larutan
klorin 50 ppm dalam beberapa saat , baru kemudian dimasukkan dalam wadah secara
hati – hati ( Prescott dan Dunn , 1959
).
b) Penggaraman
Penggaraman adalah proses yang penting
dalam pembuatan fermentasi asinan sayur agar terjadi proses fermentasi yang
dikehendaki. Larutan garam berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam bahan
karena tekanan osmose. Cairan bahan yang banyak mengandung gula , protein ,
lemak dan mineral ini merupakan media selektif
bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba lain. Besarnya tekanan osmose ini
tergantung pada jumlah dan ukuran molekul garam dalam larutan. Garam yang
mempunyai ukuran molekul besar akan mempunyai tekanan osmose yang rendah ,
demikian juga sebaliknya ukuran molekul yang relatif kecil dapat memperlihatkan
tekanan osmose yang besar. Garam yang digunakan harus bersih dan tidak
terkontaminasi dengan bakteri halofilik , serta tidak tercampur dengan bahan –
bahan lain.
Pada saat cairan bahan keluar dari bahan ,
garam akan diserap oleh bahan sehingga bahan menjadi kukuh dan renyah. Akibat
dari peristiwa ini konsentrasi garam dalam larutan akan turun. Hal ini akan
memungkinkan pertumbuhan mikroba pembusuk. Untuk mempertahankan konsentrasi
garam dalam larutan , perlu ditambahkan garam kristal sebanyak 9 % dari berat
bahan ( Prescott dan Dunn , 1959 ). Pada konsentrasi ini cukup untuk
mengeluarkan cairan bahan tanpa mengubah konsentrasi garam secara berarti.
Teknik penggaraman pada fermentasi asinan
sayur ada dua cara yaitu :
v Dry salting : yaitu penggaraman dengan
menggunakan garam kristal sebanyak 50 gram per kg bahan.
v Brine salting : yaitu penggaraman dengan
merendam dalam larutan garam kosentrasi 20 – 40 Sal atau antara 5,3 – 10,5 %.
c) Fermentasi
Berdasarkan lama perendaman dalam
larutan garam , dikenal dua macam fermentasi asinan sayur ( Bennion dan Hughes
, 1975 ) yaitu :
§ Brine pickle : dengan dilarutkan
dalam larutan garam selama beberapa minggu
§ Fresh pack pickle ( unfermented
pickle ) : dengan direndam dalam larutan garam selama beberapa jam sampai
semalam.
Selama proses fermentasi akan
terjadi perubahan – perubahan fisikawi , biokimiawi , maupun mikrobiawi yang
akan berpengaruh terhadap mutu yang dihasilkan. Perubahan – perubahan ini dapat
dilihat dari perubahan warna , flavor , tekstur , keasaman yang dihasilkan.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan asinan sayur adalah :
a. Bahan dasar
b. Garam
c. Air
Air yang digunakan sebaiknya mempunyai kesadahan
rendah. Air yang mengandung zat besi dapat menyebabkan hasil menjadi hitam
d. Suhu
Suhu berpengaruh pada aktivitas enzim selama
fermentasi. Pada suhu yang rendah enzim tidak aktif , sedangkan pada suhu yang
tinggi enzim mengalami kerusakan karena proses denaturasi. Tetapi pada suhu
yang tinggi yang didukung dengan kadar garam yang rendah , akan menyebabkan
enzim proteolitik aktif. Hal ini dapat menyebabkan hasilnya menjadi lunak.
e. Oksigen
Pada kondisi aerob ,
mendorong pertumbuhan khamir dan jamur yang tidak dikehendaki dalam proses
fermentasi karena dapat menyebabkan kerusakan dan kelunakan pada hasilnya.
f. Kebersihan
alat
Kerusakan –
kerusakan pada fermentasi asinan sayur
Jenis – jenis
kerusakan asinan sayur :
1. Shriveling
Pengkerutan bahan karena kadar garam ,
asam atau gula yang terlalu tinggi
2. Hollow
Pembengkakan bahan yang disebabkan oleh
kadar garam yang terlalu rendah , fermentasi yang terlalu cepat , bahan dasar
yang kurang baik , keadaan wadah yang terlalu longgar , dan tidak terendamnya
bahan dalam larutan garam.
3. Floater atau bloater
Pembengkakan yang disebabkan gas oleh
khamir atau Lactobacillus brevis
karena terlalu tebalnya kulit sehingga pertukaran gas terhambat , terlalu
cepatya produksi gas selama fermentasi , konsentrasi garam pada awal fermentasi
terlalu tinggi , dan penambahan asam atau gula yang tidak terkontrol.
4. Slippery
Permukaan bahan yang mengkilat karena
terbentuknya buih oleh khamir ( film yeast ) dan bakteri karena kondisi yang
tidak anaerob , atau bahan dasar yang tersembul keluar dari larutan garam.
5. Soft pickle
Kelunakan hasil fermentasi yang disebabkan
karena terjadinya perubahan protopektin menjadi pektin oleh aktivitas enzim
poligalakturonase. Enzim ini dihasilkan oleh bakteri Bacillus , jamur atau khamir. Pelunakan didukung oleh kadar garam
yang terlalu rendah , suhu tinggi , keasaman rendah , atau adanya udara.
6. Black pickle
Perubahan hasil fermentasi menjadi
berwarna hitam karena bereaksinya gas HS yang
dihasilkan oleh bakteri dengan Fe atau garam CaSO yang ada dalam air
menjadi ferrosulfit. Reaksi ini ditunjang dengan keasaman yang rendah .
7. Ropy pickle
Disebabkan karena pertumbuhan bakteri
garam negatif dan bakteri pembentuk capsula akibat kadar garam dan asam yang
rendah , dan suhu yang tinggi.
Bahan dan Alat untuk
Percobaan Asinan Sayur :
Bahan yang disiapkan :
a)
Kubis
secukupnya
b)
Garam
dapur
Alat yang dibutuhkan :
a)
Wadah
b)
Kain
katun
c)
Karet
secukupnya
Cara Kerja :
1)
Kubis
yang tersedia dipotong – potong dan dibuang hatinya.
2)
Buatlah
lapisan kubis dalam nampan dan tiap lapisan diberi garam ( garam 3 % )
3)
Siapkan
nampan yang telah steril dan masukkan kubis , kemudian tutup dengan kain katun
dan ikat dengan karet.
4)
Peramlah
atau fermentasikanlah selama 7 hari pada suhu kamar
5)
Amatilah
apa yang terjadi !
Hasil Pengamatan
Pada
hari pertama kubis dalam keadaan segar
Pada
hari ke 4 nampan dibuka , kubis dalam nampan berwarna hitam keabu – abuan dan
tampak tidak segar.
Pada
hari ke 5 nampan dibuka kembali , kubis masih berwarna hitam keabu – abuan dan
tampak menyusut serta tidak segar. Pada permukaan kubis timbul semacam jamur.
Kesimpulan Percobaan :
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa :
” Percobaan kami mengalami kegagalan , karena
tidak mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu kubis yang difermentasikan
seharusnya masih dalam keadaan yang baik”. Kegagalan yang kami alami adalah
disebabkan oleh :
·
Peralatan
yang kurang steril
·
Kadar
garam yang kurang diperhitungkan
·
Tersedianya
air yang kurang memenuhi syarat
·
Sering
dibukanya nampan
·
Kubis
yang kurang steril
·
Waktu
fermentasi yang tidak sesuai dengan petunjuk
PEMBUATAN
NATA DE COCO
Berdasarkan kenyataan , bahwa sejauh
ini air kelapa belum banyak dimanfaatkan dan sebagai limbah dapat merugikan ,
perlu dipikirkan cara guna pemanfaatannya.Di Negara Filiphina , air kelapa
dimanfaatkan menjadi makanan yang disebut “ nata de coco ”. Nata de coco
merupakan hasil fermentasi dari air kelapa dengan bantuan sejenis bakteri yaitu
Acetobacter xylinum . Melihat Negara Indonesia
yang mempunyai potensi tinggi dalam memproduksi kelapa , maka sangat
dimungkinkan untuk mengembangkan produksi nata ini. Komponen – komponen yang
harus ada dalam pembuatan nata de coco adalah :
1)
Air Kelapa
Ar
kelapa merupakan hasil sampingan dari proses produksi kopra , minyak kelapa , ”
deciccated coconut ” serta hasil olahan yang lain. Air kelapa dalam jumlah
sedikit dapat dimanfaatkan , baik sebagai bahan baku industri makanan maupun minuman dari
segi khasiatnya untuk pengobatan.
Karena
banyaknya vitamin dan mineral yang terdapat pada air kelapa , menjadikan air
kelapa sebagai cairan yang bernutrisi serta merupakan media yang paling baik
untuk pertumbuhan mikrobia. Gula yang terdapat di dalam air kelapa mudah
terfermentasi menjadi alcohol maupun asam asetat.
2)
Stater atau Bibit
Stater atau bibit berisi bakteri Acetobacter
xylinum yang tergolong famili Pseudomonadaceae
dan termasuk genus Acetobacter , berbentuk
bulat , ukuran dua mikro , biasanya terdapat sebagai sel tunggal atau kadang –
kadang membuat ikatan menyerupai rantai dengan sel lain , non – motil dan Gram
negatif. Bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi nata mengubah
glukosa menjadi selulosa secara ekstraseluler. Komponen selulosa ini akan
membentuk jalinan mikrofibil yang panjang dalam cairan fermentasi.
3)
ZA ( Amonium sulfat )
Sebagai sumber nitrogen , sulfur dan fosfor yang membantu proses
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum
.
4)
Gula pasir
Digunakan sebagai sumber
karbon.
5)
Asam Acetat Glacial ( cuka
murni kadar 98,8 % )
Sebagai sumber
nitrogen , sulfur dan fosfor.
Faktor – faktor yang berpengaruh pada
fermentasi nata yaitu :
ü Tingkat keasaman
Lapuz et al. ( 1967 ) telah mengadakan percobaan pembuatan nata pada
berbagai variasi pH dan diperoleh kesimpulan bahwa pH yang paling baik untuk
pembuatan nata adalah pH 5,0 – 5,5.
ü Temperatur
Para peneliti ( Lapuz et. al. dan Alaban )
sepakat bahwa temperatu yang optimum untuk fermentasi nata adalah 28 - 31C atau pada
suhu kamar.
ü Gula sebagai sumber karbon
Pada
dasarnya nata dapat tumbuh dengan optimum apabila dapat dihasilkan dari cairan
fermentasi yang mengandung dekstrosa dan sukrosa. Kedua bahan ini dapat
diperoleh dari gula pasir.
ü
Sumber nitrogen
Sumber
nitrogen paling baik diperoleh dari amonium fosfat diikuti oleh amonium sulfat.
Alat dan Bahan yang
Disediakan :
Alat yang diperlukan :
o
Gayung
o
Torong
o
Alat untuk memasak ( kompor dan
panci )
o
Nampan plastik ukuran minimal 22 x 29 cm
o
Kertas
koran yang telah disetrika
o
Karet
kolor
Bahan
yang dibutuhkan :
o
Air
kelapa sebanyak 2 liter yang telah didiamkan selama 7 hari kemudian disaring
o
Gula
pasir setengah sendok makan
o
Amonium
sulfat ( ZA ) setengah sendok makan
o
Asam
Acetat Glacial satu sendok teh
o
Stater
atau bibit
Cara
Kerja :
§ Air kelapa dimasak sampai mendidih ,
selama perebusan tambahkan :
i.
gula
pasir
ii.
ZA
iii.
Asam
acetat glacial
Jika timbul buih segeralah buang
§ Pindahkan panci dan tuanglah ke
dalam nampan yang tersedia dalam keadaan panas
§
Tutuplah
dengan koran dan ikatlah pakai karet ban
§
Dinginkan
minimal selama 3 jam
§
Diinokulasi
dengan stater ( bibit ) 100 – 150 cc ( 1 botol untuk 3 nampan )
§
Difermentasikan
( diperam ) selama 4 – 5 hari dan selama proses fermentasi berlangsung tidak
boleh dibuka dan tempat terkena goncangan
§
Pada
umur 4 – 5 hari nata siap untuk dipanen
§
Nata
yang berupa lembaran diiris kurang lebih 1 cm , kemudian direbus sampai 4 kali.
Setiap kali merebus ditunggu sampai mendidih 5 menit kemudian dicuci
§
Nata
siap dikonsumsi sebagai campuran makanan atau sirup.
Hasil Pengamatan yaitu :
Pada
hari ke 5 nampan dibuka dan sudah terbentuk nata namun kurang tebal
Terdapat
sedikit genangan air kelapa yang belum menjadi nata
Adanya
perbedaan warna pada nata yaitu 2 nampan berwarna putih kekuning – kuningan dan
nampan yang lain berwarna putih bersih.
Kesimpulan dari Hasil Pengamatan
” Percobaan pembuatan nata yang kami lakukan sudah
berhasil , namun ada sedikit kekurangan pada waktu pemanenan yaitu terlalu
dini. Berdasarkan buku yang kami baca yang berjudul ” Bahan Pangan Hasil
Fermentasi ” waktu terbaik untuk memanen adalah pada hari ke 14 karena
pertumbuhan bakteri telah mencapai titik maksimum. Pemanenan yang kami lakukan
berdasarkan perhitungan hari efektif perkuliahan S1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen. Dari
hasil analisis terhadap nata yang telah diawetkan dalam sirup , didapatkan
komposisi nata sebagai berikut : air 67,7 % ; protein 0 % ; lemak 0,2 % ;
kalsium 12 mg % ; besi 5 mg % ; fosfor 2 % mg ; thiamin sedikit ; riboflavin
0,01 g %. Ditinjau dari komposisi ini ternyata hanya sedikit
komponen yang terdapat dalam air kelapa dijumpai dalam nata , sehingga dapat
dikatakan bahwa nata benar – benar hanya merupakan makanan makanan penyegar
yang nilai nutrisinya kecil ( Dolendo dan Pacita , 1967 ). Tetapi untuk
menaikkan nilai nutrisi nata , dapat dilakukan penambahan beberapa vitamin
maupun mineral selama proses pengawetan nata di dalam air sirup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar